Jakarta (ANTARA) - Konsultan properti Colliers International menyatakan, kondisi sektor pariwisata di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia, bakal menghadapi tantangan kondisi kinerja perhotelan yang mengalami stagnasi pada kuartal II-2019.
"Hotel di sepanjang Asia Pasifik terus mengalami kondisi yang sulit pada kuartal II-2019. Bila dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya, dengan keseluruhan okupansi kamar dan rata-rata tingkat harga hunian harian menurun masing-masing 68,1 persen dan 99,76 dolar AS," kata Executive Director of Valuation & Advisory Services, Colliers International Asia, Govinda Singh, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, meningkatnya eskalasi dalam perang dagang antara AS dan China terus menghalangi keyakinan pelaku usaha dan pelanggan, karenanya menghambat pertumbuhan.
Namun demikian, lanjutnya, meningkatnya perjalanan intra-Asia dan perjalanan domestik di berbagai negara di kawasan Asia akan terus menopang permintaan akan sektor pariwisata di kawasan tersebut.
Berdasarkan data Colliers, Asia Pasifik adalah kawasan yang berkembang paling pesat dalam industri MICE, dengan perjalanan yang dilaksanakan untuk rapat atau suatu ajang ditengarai menghasilkan 229 miliar dolar AS pada 2017, atau 28,4 persen dari penerimaan global dari MICE.
Diketahui, MICE adalah sumber penting dari pendapatan di sektor hospitality dengan sekitar 90 persen dari keseluruhan ajang bisnis di kawasan tersebut umumnya dilakukan di dalam hotel, serta orang yang berkunjung ke suatu negara karena urusan bisnis rata-rata menghabiskan 1,7 kali lebih banyak waktunya dibandingkan dengan turis yang tujuannya untuk bersenang-senang semata.
Indonesia, selain Kamboja dan Malaysia, juga disebut sebagai negara yang saat ini sedang berfokus untuk mempromosikan aktivitas ajang perdagangan internasional di kawasan Asia-Pasifik.
Sebagaimana diwartakan, Presiden Joko Widodo mendorong semua infrastruktur dan utilitas untuk semua destinasi wisata super prioritas selesai pada 2020, menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam konferensi pers pada Jumat (16/8).
"Instruksi Presiden sangat jelas, semua infrastruktur dan utilitas dasar harus tuntas tahun 2020, apa itu jalan, airport, dermaga, air, listrik, internet, harus selesai semuanya dan harus sudah groundbreaking, memulai pembangunan di sana," ujar Arief.
Selain utilitas yang sudah disebutkan, menurut Arief, fasilitas-fasilitas pengolahan sampah dan air kotor untuk mendukung semua tujuan destinasi wisata super prioritas juga harus selesai dibangun.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo dalam pembacaan Nota Keuangan dan Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Jumat menyebutkan empat destinasi wisata prioritas yaitu Danau Toba, Candi Borobudur, Labuan Bajo, dan Mandalika.
"Di sektor pariwisata, pada tahun 2020, pemerintah memprioritaskan pembangunan empat destinasi wisata secara lintas sektor dan terintegrasi. Destinasi pariwisata tersebut meliputi Danau Toba, Candi Borobudur, Labuan Bajo dan Mandalika," kata Kepala Negara.
Empat destinasi tersebut, ujar Arief, akan ditambah dengan satu tujuan wisata destinasi super prioritas yaitu Likupang di Sulawesi Utara.
Pembagunan destinasi super prioritas tersebut ditangani oleh Kementerian PUPR, Kemenpar, Kemenhub, Kementerian LHK, Kemendes PDT, Kemendikbud dan Bekraf.
Baca juga: PHRI: pemerintah perlu awasi ketat aplikasi digital perhotelan
Baca juga: Asosiasi GM Hotel: Aturan Airbnb di Indonesia belum jelas
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019