Ke depannya, kawasan Kemayoran diharapkan menjadi pusat bisnis dan perdagangan yang hijau dengan standar internasional, modern, lengkap, dan terpadu, kata MediJakarta (ANTARA) - Pusat Pengelolaan Komplek (PPK) Kemayoran menyelenggarakan pameran di Gelora Bung Karno (GBK) menghadirkan berbagai relief saat bandara udara masih di Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Kegiatan ini dalam rangka memeriahkan HUT Ke-74 Republik Indonesia serta ikut serta dalam 'Festival Indonesia Maju'," kata Dirut Utama PPK Kemayoran Medi Kristianto di Jakarta, Kamis.
Medi mengatakan, PPK Kemayoran mengangkat tema "Bandara Kemayoran Membangun Peradaban" untuk mengingatkan bandara ini pernah ada di Jakarta serta dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1938.
Bandara ini berhenti secara resmi pada tahun 1985 lalu kemudian karena alasan padatnya pemukiman di area Kemayoran, pemerintah kemudian memindahkan bandara internasional tersebut ke Cengkareng, Tangerang.
Sebagai bandara internasional banyak tokoh dunia yang pernah mendarat di Bandara ini, salah satunya adalah Ratu Wilhelmina dari Belanda tahun 1940.
Baca juga: Kemendikbud berencana jadikan eks Bandara Kemayoran cagar budaya
Dalam pameran tersebut diperlihatkan sejumlah relief sebagai contoh Relief Sangkuriang, relief pertama yang ada di terminal VIP eks Bandara Kemayoran berada di lantai 1 dengan tema "Sangkuriang".
Berukuran panjang 13 meter dan tinggi 3 meter karya ini dibuat langsung oleh Surono. Jika mengunjungi relief ini, pengunjung dapat langsung melihat bagaimana kisah legenda Sangkuriang yang berasal dari Jawa Barat ditampilkan.
Walau bertemakan Sangkuriang, namun dari relief tersebut juga dapat dilihat dengan jelas gambaran beberapa kisah cerita rakyat yang melegenda di nusantara.
Relief Manusia Indonesia, terletak dil antai 2 ruang tunggu VIP Bandara Kemayoran karya Sindoedarsono Sudjojono berukuran panjang 10 meter dan tinggi 3 meter. Karya ini bertemakan "Manusia Indonesia".
Baca juga: Sepahat asa di tanah bekas Bandara Kemayoran
Relief ini berusaha untuk menceritakan tentang masyarakat Indonesia dengan aktivitas di setiap fase perkembangan masyarakat kala itu.
Relief flora dan fauna karya Harijadi Sumodidjojo dengan ukuran panjang 10 meter dan tinggi 3 meter terletak di lantai 2 ruang tunggu VIP Bandara Kemayoran.
Dari ketiga relief itu, relief bertema flora fauna ini juga belum memiliki hasil kajian tentang cerita yang disampaikan. Namun melalui pandangan langsung relief ini memperlihatkan ukiran tentang flora fauna yang ada di Indonesia dari berbagai daerah.
Baca juga: Kemendikbud konservasi tiga karya seni relief di eks Bandara Kemayoran
Ketiga relief yang ada secara langsung dipahat pada dinding terminal VIP eks Bandara Kemayoran. Hingga kini bangunan bandara sedang dalam proses untuk dijadikan sebagai bangunan cagar budaya.
Berbagai kegiatan telah dilakukan dalam upaya ini salah satunya dengan menggelar pameran konservasi karya seni rupa di ruang publik bersama Kemendikbud untuk mengapresiasi tiga arya seni relief eks Bandara Kemayoran.
Menara Air Traffic Control (ATC) merupakan menara ATC pertama di Asia Tenggara dan dikenal dengan sebutan Menara Kemayoran atau Menara Tintin
Menara ATC Kemayoran sudah ditetapkan menjadi cagar budaya berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 tahun 1993, dengan sebutan "Menara Kemayoran".
Sebelumnya Menara ATC Kemayoran berfungsi sebagai pemandu lalu lintas penerbangan di udara. Menara ATC ini digunakan untuk mengawasi radio komunikasi antara pengawas penerbangan dengan pilot agar proses navigasi pesawat yang menuju ataupun keluar dari Bandara Kemayoran berada pada jalur yang benar.
Tidak hanya sebagai bandara internasional pertama di Indonesia, Bandara Kemayoran pun dikenal di dunia karena tampil dalam buku komik legendaris Tintin dengan judul "Flight 714".
Komik yang ditulis oleh Herge, penulis asal Belgia, tersebut menceritakan tentang rombongan Tintin yang sedang singgah di Bandara Kemayoran, Jakarta, sebelum tiba di tujuan terakhir di Sydney, Australia.
Pada bulan Maret tahun 2019 Menara Tintin dikunjungi oleh Duta Besar Belgia untuk Indonesia, Stephane de Loecke,
Saat ini, kawasan Kemayoran telah berdiri perkantoran, hunian, sarana olah raga, layanan kesehatan, termasuk kawasan niaga.
"Ke depannya, kawasan Kemayoran diharapkan menjadi pusat bisnis dan perdagangan yang hijau dengan standar internasional, modern, lengkap, dan terpadu," kata Medi.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019