Sei Rampah, Sumut (ANTARA News) - Orang nomor satu dari Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir mengaku ingin menjadi seorang pemimpin di negeri ini tetapi bukan Presiden."Saya memang ingin menjadi pemimpin bangsa, tapi jangan dikonotasikan ingin menjadi seorang presiden," ujarnya saat berada di rumah salah seorang tokoh masyarakat Jawa di Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagei, Sumut, Kamis.Menurut dia, saat ini Indonesia krisis ketokohan yang bisa dijadikan panutan dan memberi semangat pada anak bangsa untuk bangkit dari keterpurukan dengan mengambil momentum memperingati 100 tahun hari kebangkitan nasional.Oleh karena itu untuk memberikan semangat pada anak bangsa ia pun rela menghabiskan biaya yang cukup besar untuk beriklan di media massa dengan semboyan hidup adalah perbuatan dan melakukan safari kebangkitan nasional ke sejumlah ke daerah-daerah.Dia menuturkan, dewasa ini sebagian besar anak bangsa dinegeri ini menatap masa depan dengan apatis, skeptis dan pesimis dan menatap masa depan negara ini akibat berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa ini seperti kenaikan BBM melalui pemberitaan media massa. Padahal masih banyak potensi di negeri ini seperti sumber daya alam terutama di sektor pertambangan, kelautan dan perikanan serta pertanian yang belum dimaksimalkan potensinya. "Saya khawatir dengan banyaknya masalah bangsa dengan kebijakan pemerintah yang tidak merakyat dewasa ini membuat mental dan energi anak bangsa menurun. Padahal kita masih punya potensi yang besar untuk bangkit dari keterpurukan," katanya. Dia juga mengatakan, menjadi pemimpin tidak mesti harus menjadi seorang pemimpin sebagai mana yang dicontohkan tokoh dari India Mahatma Gandhi. Selain itu berdasarkan pengakuan istrinya, Bachir mengaku tidak cocok untuk menjadi seorang Presiden. "Kata isteri saya, saya tidak cocok jadi Presiden karena terlalu banyak `make up`nya. Kalau jalan kesana kemari harus senyum, kemudian nanti kalau anda-anda mau ketemu juga susah," ujarnya dengan senyum.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008