Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Masyarakat Perikanan Nasional (MPN), Shiddiq Moeslim, mengatakan swasembada ikan Indonesia terancam oleh kenaikan harga BBM.
"Selama ini pemenuhan protein dari ikan terpenuhi sendiri. Walaupun memang ada impor, jumlahnya tidak seberapa. Kita tidak tahu swasembada ikan dapat kita pertahankan atau tidak," kata Shiddiq, di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan kondisi nelayan saat ini sangat memprihatinkan. Bahkan jauh hari sebelum rencana kenaikan BBM dilakukan, hanya tinggal 20 persen nelayan pantai utara Jawa yang beroperasi.
"Kalau sampai BBM besok naik, saya tidak tahu berapa yang akan beroperasi. Bisa jadi minus 20 persen," ujar dia sambil tertawa.
Dari total nelayan 2.795.870 orang, menurut dia, 35 persen merupakan nelayan tradisional dari pantai utara Jawa.
Ia juga mengatakan nelayan di tanah air sesungguhnya tidak mudah menyerah dengan keadaan. Pada kenaikan harga BBM tahun 2005 lalu, nelayan bertahan dengan mengoplos solar dengan minyak tanah untuk tetap melaut.
Namun, dia menambahkan, kondisi saat ini --di saat minyak tanah sulit didapat-- sangat menekan kehidupan nelayan sehingga tidak heran jika nelayan di daerah Madura, Lamongan, Tuban, Rembang, mulai menambatkan perahunya.
"Selain karena alasan BBM sebenarnya alasan nelayan di sana tidak melaut karena jumlah ikan mulai menipis. Padahal seharusnya saat ini sudah mulai memasuki masa ekspor," katanya.
Jika sebelumnya nelayan melakukan survei daerah `fishing graound` sendiri, tapi saat ini nelayan harus melakukan iuran bersama untuk mengetahui daerah penangkapan, ujar Shiddiq.
Dari data tahun 2007 yang dimiliki oleh Ditjen Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menunjukan jumlah nelayan di tanah air saat ini mencapai 2.795.870 orang. Pendapatan setiap nelayan per tahun mencapai Rp5,34 juta, berarti nelayan memperoleh Rp445.151 per bulan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008