Depok (ANTARA News) - Tokoh Islam Amerika Serikat, Imam Mohammad Al-`Asi, menilai janji Presiden Amerika Serikat George W Bush untuk mengupayakan kemerdekaan Palestina sebelum turun dari jabatannya pada Januari 2009 hanya omong kosong."Omong kosong", kata Imam Al-`Asi kepada ANTARA News pada Kamis ketika dimintai tanggapannya atas janji Presiden Bush menyangkut kemerdekaan Palestina itu.Imam Al-`Asi, ketua Pusat Islam di Washington dan mantan Direktur Pusat Pendidikan Islam, Potomac, Maryland, Amerika Serikat, itu berada di Indonesia sebagai salah satu pembicara kunci dalam Konferensi Internasional Palestina, yang berlangsung dua hari di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, yang berakhir Kamis.Konferensi bertema "Kemerdekaan dan Hak Kembali Pengungsi Palestina dan 60 Tahun Pembersihan Bangsa" tersebut diprakarsai Universitas Indonesia dan Suara Palestina: Masyarakat Indonesia untuk Kemerdekaan Palestina. Dalam perbicangan di antara konferensi di Wisma Makara itu, Imam Al-`Asi juga menilai Konferensi Annapolis, Maryland, Amerika Serikat, prakarsa Presiden Bush hanya tipuan. "Konferensi Annapolis hanya tipuan, omong kosong semata," kata pemuka Islam negeri Paman Sam tersebut. Sementara itu, dalam makalahnya pada konferensi tersebut, Imam Al-`Asi menyoroti kekejian Zionisme Israel. Menurut dia, dunia Barat dan sebagian besar dunia telah dimaklumkan oleh media masa bahwa Zionisme adalah oasis demokrasi di tengah gurun otoriterianisme di Timur Tengah. "Pandangan keliru itu merupakan pandangan umum dalam imperium Amerika Serikat, yang mendukung Israel tanpa syarat," katanya. Ia menilai, banyak pihak menggembar-gemborkan bahwa Zionisme adalah peradaban dengan struktur politk demokratis dan dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari peradaban Barat melalui propaganda, yang disiarkan korps diplomatik Eropa dan Amerika Serikat. "Itu merupakan pandangan bertentangan dengan kenyataan sejarah, yang berlaku di tanah Palestina," katanya. Menurut dia, Zionisme menggunakan model sama dengan yang menjadi dasar politik apartheid di Afrika Selatan, dengan pandangan rasialis Theodore Herzl, pendiri Zionisme. Ia mempertanyakan media massa Barat, yang tak pernah mengupas tentang mengapa kaum Yahudi selalu gagal berasimilasi dengan masyarakat sekitar mereka, baik di Eropa, Asia, Afrika, Amerika, atau di pojok dunia mana pun mereka berada.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008