Padang (ANTARA News) - Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang juga melanda sebagian wilayah di Sumbar, lebih disebabkan sebagian besar konsumen melakukan pembelian minyak "full tank" (tanki penuh) karena kekhawatiran berlebihan akan rencana kenaikan harga BBM. "Kini banyak pihak membeli minyak `full tank` sehingga permintaan melebihi persediaan stok yang tetap normal di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)," kata Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi di Padang, Kamis. Biasanya konsumen membeli BBM mungkin hanya sepuluh hingga 20 liter setiap kali ke SPBU, tapi kini sebagian besar mengisi tanki BBM-nya penuh karena kekhawatiran berlebihan pada rencana pemerintah menaikan harga BBM, tambahnya. Akibatnya jelas permintaan meningkat dan tidak diimbangi stok normal yang didistribusikan Pertamina ke SPBU-SPBU, sehingga terjadi kelangkaan dan antrian panjang konsumen. Menurut dia, jika konsumen tetap membeli minyak secara normal, maka kelangkaan tidak akan terjadi, karena persediaan stok dalam kondisi normal masih aman di Sumbar. "Saat ini, stok BBM untuk wilayah Sumbar aman untuk sembilan hari, baik premium, solar maupun minyak tanah," tegasnya. Selain itu, pendistribusian BBM dari depot Pertamina ke SPBU-SPBU berjalan lancar, tambahnya. Dengan kondisi ini dipastikan jatah BBM untuk setiap SPBU tetap normal, namun karena permintaan meningkat sehingga terjadi antrian dan stok habis sebelum waktu normalnya. "Biasanya, jatah normal satu SPBU cukup untuk tiga hari, tapi karena permintaan meningkat sehingga hanya cukup dua hari dan satu hari kosong atau disebut kelangkaan," tambahnya. Untuk mengatasi hal ini, Gamawan meminta para konsumen untuk tidak khawatir secara berlebihan lerhadap rencana kenaikan harga BBM. "Jika semua berjalan normal, BBM tidak ada masalah," tegasnya. Terkait upaya mengatasi hal ini dan dampak kenaikan BBM nantinya, Gubernur mengadakan rapat koordinasi dengan muspida pada Kamis (15/5) malam, tambahnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008