Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta Kamis sore ditransaksikan pada 9.285/9.295 per dolar AS, melemah 10 poin dibanding posisi penutupan hari sebelumnya 9.285/9.300 per dolar AS. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib di Jakarta mengatakan, permintaan dolar AS pada sore hari sedikit berkurang sehingga laju kelemahan rupiah terhambat dan tidak setajam pagi hari. Berita positif mengenai berkurangnya unjukrasa menolak kenaikan harga BBM, telah membantu mengurangi tekanan jual terhadap rupiah, katanya. Di sisi lain saham-saham di bursa regional juga membaik, kemudian kemungkinan Bank Indonesia (BI) mengintervensi pasar juga memberikan pengaruh positif bagi rupiah. "Kami masih optimis rupiah pada hari berikutnya akan masih tertekan sehingga berada di atas posisi 9.300 per dolar AS yang dipicu pula oleh gejolak kenaikan harga minyak mentah dunia," katanya. Menurut dia, harga minyak mentah dunia saat ini berada di posisi 126 dolar AS per barel sedikit melemah dibanding hari sebelumnya yang mencapai 127 dolar AS lebih. Namun harga minyak mentah dunia akan kembali menguat bahkan bisa mencapai angka 200 dolar AS per barel, karena permintaan negara konsumen yang tinggi seperti Amerika Serikat dan Cina, katanya. Indonesia sendiri, lanjut dia sebagai negara pengekspor minyak mentah yang seharusnya menikmati keuntungan dengan tingginya harga minyak mentah itu terus mengalami defisit anggaran. Bahkan pemerintah mencari pinjaman dari luar negeri untuk menutupi defisit tersebut serta berencana menaikkan BBM sebesar 30 persen, ucapnya. Rencana kenaikan BBM itu, lanjut dia akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional karena berbagai sektor terkena dari dampak kenaikan itu. "Pelaku pasar juga masih hati-hati terhadap mata uang Amerika Serikat itu, karena tingkat inflasi AS kemungkinan akan semakin tinggi," katanya. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008