Konawe Selatan (ANTARA) - Sebanyak 23 peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) asal Provinsi Bangka Belitung dibawa untuk mengunjungi ikon sejarah peninggalan Jepang di kawasan Pangkalan Penerbangan (Lanud) Haluoleo.

Bunker di Lanud Haluoleo tersebut terletak di belakang kawasan Bandara Haluoleo dan merupakan peninggalan tentara Jepang pada tahun 1942, dan jumlah Bunker tersebut yaitu 150 buah, dengan kedalaman kurang lebih 3 meter dan dapat menampung kurang lebih 20 orang.

Kasiops Lanud HLO, Kapten Tek Jaya Shadiqin, yang sekaligus menjadi ketua Panitia selama peserta SMN berada di Lanud Haluoleo mengatakan, bahwa tujuan Lanud HLO membawa peserta SMN ke bunker peninggalan Jepang adalah memberikan memperlihatkan langsung bunker peninggalan Jepang dan memberi pemahaman kepada peserta SMN tentang sejarah Bunker tersebut.

Baca juga: Peserta SMN 2019 Sumut akhiri kunjungan di Sulawesi Tengah

"Kami pihak Lanud HLO memberikan pemahaman agar peserta SMN asal Bangka Belitung ini mengetahui bahwa sebagai bangsa yang baik adalah tidak boleh melupakan sejarah, dan Bunker ini merupakan sejarah peninggalan Tentara Jepang," kata Kapten Tek Jaya Shadiqin, di Konawe Selatan, Rabu.

Selain itu, lanjut Kapten Tek Jaya Shadiqin, Bunker tersebut dibangun oleh leluhur atau nenek moyang kita, karena bunker tersebut merupakan tempat pertahanan Jepang pada saat itu, ketika ada sebuah serangan dari musuh, dan bunker itu dibangun oleh Jepang melalui pekerja Indonesia

Baca juga: Peserta SMN 2019 Jateng nikmati wisata laut Sulut

"Jepang tidak serta merta tanpa alasan membuat pertahankan atau pangkalan militer di Sultra alasannya besar, jadi mereka harus mengetahui, bahwa perjuangan leluhur atau nenek moyang kita cukup besar untuk meraih kemerdekaan Republik Indonesia," jelasnya.
Peserta SMN asal Babel sedang tiarap saat akan memasuki lubang bunker peninggalan tentara Jepang di wilayah Lanud Haluoleo. Bunker tersebut berjumlah 150. (ANTARA/Harianto)


Sebelum tiba di kawasan bunker peninggalan Jepang itu, para peserta SMN asal Babel itu terlebih dahulu melewati hutan rimba dan menelusuri sungai sekitar 300 meter di kawasan tersebut.

Terlihat para peserta disuruh tiarap oleh para pendamping dari Lanud Haluoleo, ketika melewati kawat berduri, kemudian para peserta juga harus bertiarap ketika mendengar ledakan bom, tembakan di udara yang sengaja dibunyikan oleh pihak Lanud Halu Oleo, untuk melatih kesigapan para peserta SMN terhadap ancaman dari serangan musuh.

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019