“Angka pengunjung selalu naik hampir setiap tahunnya. Tahun ini lebih dari 350 ribu orang data kita sampai bulan Juli,” kata Kepala Museum Tsunami Aceh, Hafnidar di Banda Aceh, Rabu.
Ia menjelaskan, biasanya pengunjung paling banyak mengunjungi museum tsunami saat hari libur sekolah, akhir tahun, libur nasional, serta perayaan lebaran. Kebanyakan pengunjung dari warga lokal Aceh.
“Kalau data 2018 pengunjung kita mencapai sebanyak 740.000 orang. Pengunjung lokal Aceh tinggi, kalau dari luar negeri wisatawan Malaysia yang tinggi, kemudian Jepang, Cina, Prancis, Belanda juga ada tapi tidak tinggi,” katanya.
Lebih lanjut, Afnidar menyebutkan museum tsunami Aceh setiap hari dibuka untuk pengunjung dan tidak pernah tutup pada saat hari libur apapun untuk memenuhi keinginan wisatawan yang ingin mengunjungi museum.
“Setiap hari kita buka, libur nasional juga buka, hanya saja hari lebaran pertama kita tutup. Jadi kita memang ingin memberikan pelayanan yang maksimal,” katanya.
Museum Tsunami Aceh ini dibangun pada 2007, dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang kebencanaan serta tempat mitigasi bencana. Museum ini juga dapat digunakan anak-anak muda membuat kegiatan apapun yang positif.
“Museum ini untuk edukasi, ke depan harapannya museum ini benar-benar bisa dimanfaatkan untuk tempat pembelajaran khususnya tentang kebencanaan, bagi generasi muda juga dapat beraktivitas apapun yang positif disini,” katanya.
Baca juga: Sebanyak 706.646 wisatawan kunjungi Museum Tsunami Aceh
Baca juga: Museum Tsunami Aceh peringati enam tahun tsunami Jepang
Baca juga: Museum Tsunami Aceh tempat belajar dan mengingat
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019