Jakarta (ANTARAn News)- Kurs rupiah, Kamis pagi, melemah menembus angka Rp9.300 per dolar AS, karena kebutuhan mata uang AS itu oleh pelaku usaha semakin besar, menyusul terus melonjaknya harga minyak mentah dunia. "Tingginya harga minyak mentah dunia merupakan faktor utama bagi pelaku usaha untuk membeli dolar AS lebih lanjut, sehingga rupiah terus terpuruk," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Kamis. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp9.312/9.314 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.285/9.300 per dolar AS atau melemah 17 poin. Dikatakannya, keterpurukan rupiah kemungkinan akan tertahan apabila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada akhir Mei nanti. Pemerintah berencana menaikkan BBM sebesar 30 persen, di tengah maraknya aksi demo mahasiswa yang menolak rencana kenaikan hrga BBM.. Menurut dia, dengan naiknya harga BBM, kebutuhan dolar AS akan berkurang, karena impor minyak mentah berkurang sehingga pada gilirannya akan mendorong nilai rupiah kembali membaik, menjadi di bawah angka Rp9.300 per dolar AS. Meski demikian, lanjut dia pertumbuhan ekonomi nasional akan melambat, karena berbagai sektor terkena dari dampak kenaikan harga BBM. Namun ia uga mengungkapkan sikap optimistisnya bahwa pasar lambat laun akan menerima dengan baik kenaikan harga BBM, karena keputusan tersebut demi kepentingan bersama, meski masyarakat harus kembali mengetatkan ikat pinggang. Tekanan negatif itu, menurut dia, juga akibat menguat harga dolar AS di pasar setelah data indeks harga konsumen AS menguat pada April sebesar 0,2 persen yang ikut memicu pelaku membeli dolar AS. Dolar AS terhadap yen menguat menjadi 105,27 atau sebesar 0,2 persen dan terhadap euro menjadi 1,5460 atau naik 0,1 persen, katanya. Kenaikan dolar AS itu, lanjut dia, memicu pasar saham regional seperti indeks Nikkei Jepang naik 1,2 persen menjadi 1.397,26 poin. "Namun pelaku pasar juga masih hati-hati terhadap mata uang Amerika Serikat itu, karena tingkat inflasi AS kemungkinan akan semakin tinggi," imbuhnya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008