Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengaku puas karena dapat meyakinkan para pengambil kebijakan negara Amerika Serikat untuk tidak berpangku tangan terkait pertentangan antara kelompok fundamentalis dengan kelompok yang menginginkan adanya dialog antarkeyakinan."Alhamdulillah mereka mau untuk bersama-sama mendorong adanya dialog antarkeyakinan. Ini penting karena mereka sebelumnya memilih bersikap netral," kata Gus Dur yang juga ketua umum dewan syura Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jakarta, Rabu.Gus Dur yang berangkat ke AS pada 4 Mei lalu dan baru tiba di tanah air hari Rabu ini. Selama di AS dia antara lain bertemu dengan Wakil Presiden Dick Chiney, senator Robert Wexler dan Ketua Kaukus Antiterorisme di Kongres Sue Myrick, dan dua senator yang sangat berpengaruh menentukan kebijakan luar negeri AS yakni Joe Rockefeller dan Christopher Bond.Menurut Gus Dur, dalam memperjuangkan kebenaran dan mewujudkan perdamaian yang melibatkan dua pilihan, maka netral bukan posisi yang tepat. Sebagai negara besar, AS juga harus punya sikap tegas, mendukung dialog atau sebaliknya mendukung kalangan fundamentalis. "Saya katakan AS harus jelas sikapnya, mau ikut yang mana. Apakah mendukung kalangan fundamentalis yang ingin menghadapkan satu agama dengan agama lain atau mendukung dialog antaragama. Ternyata mereka setuju dialog," katanya. Pada kesempatan bertemu para tokoh tersebut, kata Gus Dur, ia juga mengkritik sikap AS yang menerapkan standar ganda dalam melihat persoalan konflik Palestina-Israel. "Saya bilang sikap AS mendua. Di satu sisi mengakui negara Israel, di sisi yang lain tak pernah adil terhadap Palestina," katanya. Selama lawatan ke AS, Gus Dur juga melakukan serangkaian pertemuan dengan kalangan kampus, antara lain dengan Temple University yang mengabadikan nama Gus Dur menjadi pusat studi dialog antaragama. Gus Dur juga berdialog dengan mahasiswa Islam Amerika di George Washington University yang tengah menggarap "Project Nur", yakni proyek pengembangan gagasan Islam yang toleran dan pluralistik. Gus Dur juga menerima penghargaan "Medal of Valor" dari Yayasan Simon Weisenthal karena dianggap berjasa memperjuangkan pesan perdamaian dan toleransi di dunia.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008