Jakarta (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral, Purnomo Yusgiantoro, diminta berani menjelaskan kebijakan energi nasional sehubungan makin meningkatnya harga minyak dunia dan rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). "Purnomo seharusnya mampu membuat penjelasan mengenai skenario produksi energi nasional untuk kebutuhan jangka panjang, baik energi fosil yaitu minyak bumi, gas bumi, batubara, maupun energi non fosil seperti tenaga air, panas bumi, tenaga angin, dan nuklir (uranium)," kata Direktur Eksekutif Center for Information and Development Studies (CIDES), Syahganda Nainggolan, di Jakarta, Rabu. Syahganda mengingatkan bahwa Purnomo adalah menteri yang bertanggungjawab terhadap masalah energi dan BBM. Ia meminta Purnomo juga menjelaskan mengapa potensi energi yang dimiliki Indonesia tinggi namun Indonesia mengalami masalah energi. Ia mengatakan, potensi ketersediaan energi fosil dan non fosil Indonesia terbilang fantastis. Bahkan, Indonesia jauh lebih kaya bila dibandingkan China, India, serta Thailand. "Dengan potensinya, Indonesia dapat mencontoh keberhasilan Iran dalam mendiversifikasi sumber energi dengan menggunakan gas untuk transportasi dan rumah tangga, di samping penggunaan nuklir untuk listrik. Atau mencontoh Brazil dalam pemanfaatan biodisel bagi kendaraan," tambahnya. Pada bagian lain, Syahganda melihat kelambanan Purnomo dalam melanjutkan realisasi kesepakatan dengan Exon Mobil, terkait eksplorasi minyak di Blok Cepu, Bojonegoro, Jawa Timur. Penghentian eksplorasi yang terhenti akibat tuntutan ganti rugi warga di sekitar Blok Cepu, terbukti tidak mampu diatasi Purnomo hingga kini. "Padahal, sekitar 20.000 barel per hari kapasitas produksi minyak di Blok Cepu untuk akhir tahun ini saja, tapi menjadi tidak berarti ekonomis," ujarnya. Dikatakan Syahganda bahwa janji Purnomo pada 2006 untuk mewujudkan produksi minyak sebesar 160.000 barel per hari dari Blok Cepu, sejauh ini tak berhasil.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008