Jika internet lancar juga pengaruhnya di pembangunan
Sleman, DIY (ANTARA) - Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong operator telepon seluler membuka jaringan internet lebih luas lagi terutama di daerah belum terjangkau (blank spot) seperti kawasan lereng Gunung Merapi.
"Sejauh ini di Sleman baru 75 persen wilayah yang tercakup jaringan internet," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Slemab Eka Suryo Prihantoro di Sleman, Rabu.
Menurut dia, saat ini mayoritas wilayah yang terjangkau layanan internet paling banyak di daerah padat penduduk.
"Karena lalu lintas data internet tinggi. Kalau internet memang belum semua, tapi kalau SMS dan telpon sudah bisa," katanya.
Ia mengatakan, yang menjadi permasalahan adalah pihak operator seluler menilai lalu lintas data di daerah blank spot tersebut tidak banyak, sehingga tidak menguntungkan operator dan sisi bisnis.
"Sejauh ini daerah yang masih blank spot di Sleman utara seperti lereng Merapi dan Sleman barat seperti Moyudan," katanya.
Eka mengatakan, pihaknya telah berusaha untuk menjembatani masalah tersebut agar masyarakat juga dapat menikmati internet.
"Saat ini kami telah mendata dan mengidentifikasi daerah yang masih blank spot. Kalau yang tidak ter-cover akan kami usahakan lewat pemerintah. Nantinya untuk penyediaan layanan dari pemerintah bisa free atau bisa berbayar," katanya.
Keluhan terkait tidak adanya jaringan internet banyak disampaikan masyarakat yang tinggal di area blank spot, terutama di daerah lereng Merapi, seperti di Dusun Tunggularum, Desa Wonokerto, Turi, yang sangat sulit untuk mencari jaringan internet, bahkan hampir tidak ada.
"Cukup susah untuk bisa komunikasi dengan lancar," kata Elpan (28) warga Tunggularum.
Menurut dia, memang ada satu operator sesuler yang bisa digunakan. Namun hanya sebatas berkirim pesan WhatsApp (WA).
"Untuk video call dan telpon dari aplikasi saja sulit. Sinyal hilang-hilang terus," katanya.
Hal sama juga terjadi di Dusun Banjarsari, Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, yang juga hanya operator tertentu saja yang mampu menjangkau daerah tersebut.
"Terkadang ada sinyal, tapi juga lebih banyak susahnya," kata Indra Kurniawan, warga Banjarsari.
Ia mengatakan, meskipun Dusun Banjarsari berjarak 13 kilometer dari puncak Gunung Merapi dan termasuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) II bukan berarti warga tidak butuh internet.
"Sesungguhnya warga sangat butuh internet untuk mengetahui info terkait kebencanaan, terutama perkembangan aktivitas Merapi," katanya.
Menurut dia, untuk mencari sinyal yang lebih kuat, dirinya harus menuju kawasan Sungai Gendol, karena di lokasi tersebut justru ada sinyal 4G sedangkan di rumahnya untuk bisa mendapatkan sinyal 3G saja susah.
"Kadang di rumah ada sinyal, namun lebih banyak hilang sinyalnya, kalau di Gendol setidaknya ada sinyal 4G," katanya.
Dia berharap pemerintah bisa membantu untuk menyediakan layanan internet di daerahnya agar bisa mendukung kelancaran komunikasi.
"Jika internet lancar juga pengaruhnya di pembangunan, kami jadi mudah mengakses referensi di internet," katanya.
Baca juga: Minat pelajar DIY akses internet tertinggi
Baca juga: Pelaku usaha Halmahera Selatan keluhkan gangguan jaringan internet
Baca juga: Diskominfo Biak pasang jaringan layanan internet 19 distrik
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019