Pada pertandingan putaran kedua Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis BWF di St. Jakobshalle Basel, Swiss, Selasa, Tommy kalah oleh Jorgensen 11-21, 11-15 hanya dalam waktu 34 menit.
"Pergelangan kaki kanan saya sejak dari Thailand (Masters) kemarin masih kurang nyaman untuk gerakan-gerakan speed seperti itu yang memerlukan tenaga lebih cepat," kata Tommy seusai pertandingan.
Meski ia berusaha untuk bertahan, Tommy mengakui bahwa lawannya lebih agresif untuk menyerang sehingga ia kewalahan.
"Main dengan Jan O Jorgensen harus lebih cepat panas supaya saya bisa menguras tenaganya, tapi dia malah banyak mendapat poin-poin mudah dari saya," tambah Tommy yang sekarang bermain profesional.
Awal gim pembuka berlangsung ketat hingga kedudukan 4-4 sebelum Jorgensen membukukan empat poin beruntun untuk menambah jarak angka.
Tommy tampak sering kewalahan menghadapi serangan Jorgensen dan tidak mampu mengembalikan smesnya.
Sebaliknya pukulan-pukulan Tommy sering kurang akurat. Beberapa kali smesnya menyangkut di net atau keluar bidang lapangan.
Jorgensen menutup gim pertama dengan kemenangan 21-11.
Permainan Tommy tidah membaik pada gim kedua. Ia tertinggal jauh hingga kedudukan 5-16.
Meski demikian, Tommy yang saat bertanding didampingi adiknya Yauza Fadhila Sugiarto, memperbaiki permainannya sehingga mampu memperpendek jarak angka.
Ia tiga kali mengumpulkan poin beruntun, empat, tiga dan dua poin, namun hanya mampu menambah angka hingga 15-19 karena sudah tertinggal jauh. Pukulan smes Jorgensen yang tidak terjangkau oleh Tomny menutup pertandingan dengan kemenangan.
"Hari ini tidak seperti yang saya harapkan mainnya, dia determinasinya sangat tinggi, sangat agresif sehingga saya tidak bisa mengantisipasinya. Di set dua akhir-akhir saya baru bisa agak nyaman," kata Tommy.
Kekalahan Tommy menyisakan dua tunggal putra Indonesia yang masih berlaga, yakni unggulan keempat Jonatan Christie dan unggulan keenam Anthony Sinisuka Ginting.
Baca juga: Tommy Sugiarto tumbang di tangan Jorgensen
Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2019