Arish, Mesir (ANTARA News) - Mesir menutup kembali perbatasannya dengan Jalur Gaza pada Selasa, kata pejabat keamanan, sesudah membukanya selama tiga hari untuk membolehkan warga Palestina meninggalkan wilayah kekuasaan Hamas itu untuk pengobatan. Sejak Sabtu, 1.433 orang Palestina melintas dari daerah terkepung Jalur Gaza ke Mesir, kata pejabat tersebut seperti dikutip AFP. Sejak gerakan Hamas berkuasa di Gaza pada 11 bulan lalu, Israel mengucilkan Gaza bagi semua, kecuali bantuan kemanusiaan, yang sangat terbatas. Selama berbulan-bulan, Hamas menyeru Mesir membuka penyeberangan perbatasan Rafah, satu-satunya gerbang ke Gaza tidak di bawah kendali Israel, tapi sudah melakukannya beberapa kali sejak musim panas lalu. Pada Januari, pejuang Gaza membuka dengan meledakkan bagian besar tembok tapal batas itu, membuat ratusan ribu orang Palestina mengalir ke Mesir untuk membeli bahan pokok sebelum ditutup kembali beberapa hari kemudian. Perlintasan perbatasan utama antara Jalur Gaza dengan Mesir untuk sementara dibuka pada Sabtu, sesuai dengan perjanjian antara kelompok Hamas dengan Kairo, kata pejabat Palestina. Perlintasan di Rafah itu sebagian besar ditutup sejak awal Februari, ketika Mesir menutup kembali perbatasan tersebut setelah pejuang Hamas membobol tembak perbatasan itu dengan ledakan bom untuk menembus kepungan Israel terhadap daerah pantai itu. Dengan dukungan Amerika Serikat, Mesir berusaha menengahi gencatan senjata tidak resmi antara Israel dengan Hamas untuk menghentikan kekerasan, yang mengganggu perundingan perdamaian. Perjanjian diusulkan itu menyeru Rafah dibuka kembali dan berada di bawah kekuasaan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Pembukaan pada Sabtu itu memungkinkan warga Palestina, yang cedera dalam bentrok senjata dengan Israel, dan pesakit lain meninggalkan Gaza untuk berobat, kata pejabat Hamas. Mereka menyatakan perlintasan itu terbuka dua hari, tempat warga terlantar Gaza di Sinai, Mesir, sejak penjebolan tembok perbatasan itu Januari lalu akan diizinkan pulang. Warga Palestina dan warga lain juga akan diperkenankan melintas. Berdasarkan atas perjanjian ditengahi Amerika Serikat, pemantau Eropa Bersatu ditempatkan di Rafah sampai Hamas menguasai Gaza pada Juni tahun lalu setelah mengusir pasukan Fatah, yang setia pada Abbas. Sumber diplomatik Eropa pada awal pekan ini menyatakan pemantau Eropa Bersatu tidak akan berada di perlintasan tersebut selama pembukaan sementara itu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008