Tangerang (ANTARA News) - Nasib buruh kontrak di sejumlah pabrik di wilayah Kota Tangerang, Banten, di ujung tanduk karena berdasarkan sistem tersebut sejumlah pimpinan pengusaha dengan mudah memecat walau hanya menemukan kesalahan kecil.Sejumlah buruh pabrik yang ditemui ANTARA, di kawasan industri Manis, Kota Tangerang, Selasa menyebutkan, saat ini mereka mengaku mengalami kondisi memprihatinkan akibat dari pemberlakuan sistem kerja kontrak dimana kesalahan kecil bisa langsung berujung pada peringatan sampai pemecatan."Sekarang kami lebih hati-hati dalam bekerja, bila melakukan kesalahan meski dalam skala kecil, ancamannya tidak diperpanjang kontrak tahun depan sudah di depan mata," kata Muslihan (36) pekerja PT Wn di Kawasan Jatake, Kecamatan Jatiuwung, Tangerang.Demo besar-besaran 1 Mei di depan Istana Negara tak hapus sistemDia menyebutkan, sebaiknya aturan kerja kontrak tidak perlu diberlakukan lagi karena sangat merugikan buruh, apalagi dengan waktu pendek, ikatan kontrak hanya setiap enam bulan atau ada juga tiga bulan. Meski para buruh sudah melakukan aksi demo secara besar-besaran ke Istana Negara di Jakarta Pusat pada Hari Buruh Se-Dunia yang jatuh 1 May 2008 untuk memperjuangkan nasib mereka, tapi sistem tersebut belum juga dihapus.Pemerintah tak peduli mau naikan harga BBM per 1 JuniMenurut dia, pemerintah seakan tidak peduli terhadap keadaan yang terjadi apalagi rencana kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 30 persen yang dimulai 1 Juni 2008 mendatang. Buruh lainya, Jarkasih (29) mengatakan agar sistem kerja kontrak setiap tiga bulan dan enam bulan supaya dihilangkan karena hanya menguntungkan pengusaha dan berpotensi terhadap penambahan jumlah pengangguran usia produktif. Pekerja jadi sapi perah dan kerja tak tenangBahkan ada asumsi pekerja kontrak seperti sapi perah yang harus bekerja dengan baik dan mampu menghasilkan produk secara maksimal, jika melakukan kesalahan akan mudah diganti dengan buruh lainnya. Akibat adanya sistem kontrak tersebut, para buruh tidak tenang menjalankan tugas dan dikhawatirkan berdampak terhadap produksi, kata buruh asal Kecamatan Luragung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat itu.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008