Tolitoli (ANTARA News) - Aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM Selasa siang di Tolitoli, Sulawesi Tengah, yang dilakukan oleh aliansi mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan BEM Universitas Madako (Umada) nyaris bentrok dengan polisi.
Insiden itu bermula ketika puluhan demonstran memaksakan diri masuk ke dalam Gedung DPRD Tolitoli, namun dihalau oleh puluhan polisi yang sudah berjaga-jaga dari awal.
Massa mahasiswa ini semakin kecewa, karena ketika mereka berorasi di depan gedung dewan tidak ada satupun wakil rakyat itu menemui mereka karena situasinya masih dalam masa reses.
Meskipun begitu, para demonstran tetap mamaksakan diri untuk menduduki Gedung DPRD Tolitoli yang berada di depan bundaran "Kota Cengkih" ini.
Kapolsek Baolan AKP H Amir Ribeng yang memimpin satu peleton pasukan pengaman itu meminta pengunjuk rasa tidak masuk ke dalam gedung dewan, namun mereka tetap ngotot.
Polisi dipukul tiang bendera
Akibatnya, terjadi saling dorong antara pengunjuk rasa dengan pasukan polisi yang melakukan pagar betis, dan situasi mulai memanas saat seorang personil polisi terkena pukulan tiang bendera yang dibawa demonstran.
Namun "situasi panas" yang berlangsung sekitar 20 menit itu berhasil dikendalikan, setelah Amir Ribeng melakukan negosiasi dengan beberapa tokoh pengunjuk rasa.
Dia memaklumi keinginan para mahasiswa menolak rencana kenaikan harga BBM sebesar 20-30 persen yang akan diberlakukan pemerintah dalam waktu dekat, sebab akan memicu lonjakan harga barang di pasaran.
Mahasiswa ditekan situasi chaos
Namun, Amir meminta elemen masyarakat di daerahnya yang menggelar aksi unjuk rasa untuk melakukannya dengan cara-cara santun dan tertib, agar tidak menimbulkan "chaos" yang dapat merugikan semua pihak.
Sekalipun terus mendapatkan tekanan dari pengunjuk rasa, Kapolsek Baolan (membawahi wilayah hukum Tolitoli Kota) ini tetap bersikukuh tidak memperbolehkan para demonstran memasuki Gedung DPRD karena alasan tak ada satu pun wakil rakyat yang berkantor.
"Kalau ada (fasilitas gedung) yang rusak atau ada dokumen penting yang hilang, siapa yang harus bertanggungjawab. Ini adalah asset daerah yang harus dijaga oleh semua pihak, karena dibeli dari pajak yang dibayar oleh rakyat," kata Amir meminta pengertian.
Dalam aksinya itu, pengunjuk rasa sempat mengusung sejumlah pamflet bertuliskan antara lain: "Kami tidak ingin miskin dan tertindas, Rakyat butuh kepastian bukan janji, dan Kami tidak ingin masyarakat miskin karena kenaikan harga BBM".
Kembali ke kampus, janji akan datang dengan massa yang lebih besar
Para demonstran yang tidak berhasil bertemu anggota DPRD akhirnya kembali ke kampusnya masing-masing, tetapi mereka mengancam dalam beberapa hari ke depan akan datang lagi dengan jumlah massa yang lebih besar.
Sampai Senin sore, puluhan aparat kepolisian masih berjaga-jaga di lingkungan Gedung DPRD Tolitoli, dengan menggunakan dua unit mobil patroli dan truk pengangkut pasukan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008