Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa sore ini terdepresiasi seiring antisipasi pelaku pasar terhadap kebijakan bank sentral AS dan Bank Indonesia.
Rupiah melemah 25 poin atau 0,18 persen menjadi Rp14.260 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.235 per dolar AS.
"Berbagai ketidakpastian, baik dari global maupun internal membuat pelaku pasar memilih menjauhi mata uang garuda untuk sementara waktu," kata Direktur Utama Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Dari eksternal, ia mengemukakan pelaku pasar uang menanti kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) yang sedianya akan menggelar pertemuan tahunan di Jackson Hole, Wyoming, Amerika Serikat.
"Pertemuan itu sangat dinanti oleh pelaku pasar, yang sedang mencari petunjuk lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga acuan the Fed (Fed fund rate)," katanya.
Ia memaparkan berdasarkan CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga Fed sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2 persen pada rapat The Fed 18 September mendatang. Namun jika ada petunjuk baru dari Jackson Hole, maka arah investasi pasar bisa berubah yang dapat mempengaruhi fluktuasi mata uang dunia.
Dari dalam negeri, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelaku pasar juga menantikan rapat bulanan Bank Indonesia (BI) untuk menentukan suku bunga acuan (BI 7-day RR). Berdasarkan konsensus, BI diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan di 5,75 persen.
"Apabila petunjuk mengenai arah kebijakan Bank Indonesia sesuai dengan ekspektasi pasar, maka rupiah bisa bangkit kembali," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.262 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.203 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah pagi melemah seiring kekhawatiran resesi ekonomi AS mereda
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019