Kendari (ANTARA) - Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi minta kepada warga masyarakat terutama mahasiswa Papua yang ada di kota Kendari dan Sultra umumnya tidak mudah terpancing isu yang beredar terkait penyebab aksi massa di Manokwari Papua Barat.

"Saya mengimbau warga masyarakat Papua yang ada di Kendari bersama-sama menahan diri dan jangan mudah terprovokasi oleh berita-berita yang berkembang dan tidak jelas sumbernya," kata gubernur saat dimintai tanggapan terkait aksi massa yang terjadi di Papua dan Malang Jawa Timur, di Kendari, Selasa.

Baca juga: Kontras minta polisi proses anggota lakukan kekerasan berlebihan

Baca juga: Pemkot Malang siap beri penjelasan ke Mendagri Tjahyo Kumolo

Baca juga: Tokoh Agama ajak warga Papua maafkan pelaku rasisme

Ia mengatakan, isu-isu yang berkembang bisa menjadi alat untuk memancing keributan dan ketentraman bagi masyarakat sehingga sebaiknya saling menjaga antara satu dengan lainnya," ujar gubernur.

Dikatakan apa yang terjadi di Papua serta di Malang Jawa Timur, karena adanya pemberitaan di salah satu media online menyebarkan isu provokasi terkait akan memulangkan mahasiswa Papua dari Kota Malang.

Gubernur Sultra Ali Mazi bersama pejabat Forkopimda di Kendari, Selasa. (foto ANTARA/ Azis Senong)

Sebelumnya, Himpunan Mahasiswa Papua di Kota Kendari menyatakan bahwa pada dasarnya mereka berada di kota Kendari dan kabupaten lain di Sultra hidup rukun dan cintai damai, dan tidak rasis apalagi diskriminatif.

Bahkan mereka (mahasiswa Papua-red) meminta kepada aparat agar oknum yang melakukan provokasi segera diberi tindakan hukum sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia. Sebab akibat ulah oknum yang membuat isu negatif dan propaganda, menyebabkan kondisi kota Jayapura dan kabupaten lain di Papua mencekam.

"Yang pasti bahwa kami menolak rasisme dan diskriminasi seperti yang dialami mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya. Kita tidak inginkan hal itu juga terjadi di Kendari," ujar ketua Himpunan Mahasiswa Papua Kota Kendari, Yimiksa Gwijangge.

Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019