Hampir 74 persen serangan terorisme di Indonesia pada tahun 2017-2018 menjadikan polisi sebagai target serangan utama
Jakarta (ANTARA) - Hasil kajian yang dilakukan oleh The Habibie Centre menyebutkan Polri menjadi target utama serangan terorisme pada tahun 2017-2018.
"Hampir 74 persen serangan terorisme di Indonesia pada tahun 2017-2018 menjadikan polisi sebagai target serangan utama," kata Direktur Program dan Riset The Habibie Center, Muhammad Hasan Ansori, dalam diskusi dan peluncuran buku "Memberantas Terorisme di Indonesia: Praktik, Kebijakan, dan Tantangan" di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, target serangan terorisme di Indonesia mengalami perubahan. Sebelum menyasar anggota polisi, beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa orang asing dan fasilitas yang dimiliki orang asing menjadi target serangan terorisme.
Ia mencontohkan, perubahan target serangan terorisme bisa terlihat dari penyerangan Polsek Wonokromo Surabaya oleh terduga teroris pada Sabtu (17/8).
"Serangan terorisme di Wonokoromo itu membuka mata dan memperlihatkan tren terkini bahwa polisi menjadi target serangan teroris, bukan orang asing maupun fasilitas orang asing lagi," papar Hasan.
Selain polisi, lanjutnya, target serangan teroris lainnya adalah masyarakat sebesar 11 persen, fasilitas agama (5 persen), dan target serangan lainnya (10 persen).
"Akan tetapi, jumlah ketiga sasaran ini tidak signifikan jika dibandingkan dengan polisi," ujarnya.
Dikatakannya, dalam indeks kerentanan radikalisme di Indonesia yang dikeluarkan oleh Lazuardi Birru pada 2011, terdapat tiga provinsi yang dinilai paling rentan terhadap radikalisme dan terorisme, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Jabar dan Banten.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019