Rangganis berfungsi sebagai fasilitas penginapan gratis bagi pasien dari luar Bandung yang sedang melakukan pengobatan di Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, fasilitas kesehatan (faskes) rujukan tipe A.
Emil mengatakan kehadiran Rangganis dinilai bisa mengatasi kondisi di mana pasien menyemut di koridor karena harus melakukan pengobatan lebih dari satu hari, namun pasien atau keluarganya tidak mampu untuk menyewa penginapan.
"Tidak punya uang, pulang jauh, jadi menggelandang di koridor rumah sakit, dan lain- lain. (Lewat Rangganis) kita selesaikan (masalah) hari ini," kata Emil.
Dia mengatakan Rangganis sendiri merupakan bukti keberpihakan dan keadilan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar, dibantu komunitas masyarakat Jabar Bergerak dan para donatur, terhadap warga golongan ekonomi lemah di Jabar.
Tak hanya sebagai tempat singgah, Emil juga menyebut bahwa ahli psikologi akan bertugas di Rangganis untuk memberikan dukungan psikososial bagi penghuni rumah singgah yang merasakan kecemasan, tidak berdaya, atau putus asa akibat penyakit yang dideritanya.
Selain itu, para pasien yang singgah juga akan mendapat tindakan berupa kegiatan bersama penghuni rumah singgah lainnya yang bersifat rekreasi dan santai untuk membangkitkan optimisme, semangat, dan rasa ikhlas.
Saat ini, Rengganis memiliki daya tampung sekitar 30 tempat tidur. Pasien bisa tinggal selama tiga hari atau lebih dengan syarat adanya rekomendasi dari dokter rumah sakit pemerintah dalam hal ini RSHS.
"Saya berharap dengan berdirinya rumah humanis, warga Jawa Barat dapat terbantu dan teringankan beban hidupnya di tengah masa-masa pengobatan dan terapi," kata Emil.
Sementara itu, Ketua Umum Jabar Bergerak yang juga menjabat Ketua TP PKK Jawa Barat, Atalia Praratya, Rangganis hadir sebagai bentuk nyata bahwa negara dan komunitas masyarakat memiliki kepedulian terhadap sesama.
Di Rangganis, tambah Atalia, pasien bisa mendapatkan dan merasakan perlindungan, kepedulian, serta cinta dan kasih sayang terhadap mereka.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat Dodo Suhendar mengatakan, Rangganis menjadi salah satu jawaban atas masalah keterbatasan tempat tidur di RS Tipe A akibat membludaknya rujukan serta permasalahan biaya pengobatan.
"Terbatasnya kemampuan masyarakat untuk biaya pengobatan di rumah sakit, tak jarang membuat mereka menggelandang di musola, di koridor- koridor rumah sakit. Maka mereka membutuhkan uraian tangan kita (melalui Rangganis)," ujar Dodo.
Baca juga: IZI bangun rumah singgah pasien dari zakat
Baca juga: Pasien DBD RSHS Bandung meningkat lima kali lipat
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019