Lebak (ANTARA News) - Masyarakat miskin di Kabupaten Lebak, Banten, diperkirakan bertambah 20 persen bila pemerintah menaikkan bahan bakar minyak (BBM).
"Saat ini kondisi ekonomi masyarakat miskin sangat berat menyusul terjadi kenaikan kebutuhan bahan pokok," kata Kepala Bagian Humas, Pemkab Lebak, Encep Khairudin, di Rangkasbitung,Senin.
Menurut dia, selama sepekan terakhir ini harga-harga berbagai kebutuhan bahan pokok di Pasar Tradisional Rangkasbitung mulai beras, minyak goreng, telur, ikan jenis sayuran mengalami kenaikan.
Kenaikan itu akan memicu keresahan karena rendahnya daya beli masyarakat, terutama pada kalangan masyarakat berpenghasilan kecil.
Warga miskin hidup makin terpuruk, SDM terpukul
Saat ini, ujar dia, warga miskin hidup akan semakin terpuruk dan dapat berdampak terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Apalagi, pemerintah telah mengumumkan rencana kenaikan BBM sehingga banyak warga miskin merasa terpukul.
"Saya berharap kenaikan BBM itu ditunda dulu, karena dapat menyengsarakan masyarakat banyak," kata dia.
Namun demikian, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pihak pemerintah daerah akan mengoptimalkan sumber kekayaan alam yang ada di antaranya bidang pertanian, perkebunan, pertambangan, jasa angkutan dan pariwisata.
Selain itu, pemerintah daerah memberikan kemudahan para investor yang ingin menanamkan modalnya di wilayah Kabupaten Lebak.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini investor Australia PT Boral, akan membuka Pabrik Semen di daerah Bayah, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja," katanya.
Ia mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lebak, jumlah penduduk miskin tercatat 145 ribu atau 61 persen dari 270 ribu kepala keluarga (KK).
"Jika BBM naik diperkirakan akan menambah sekitar 20 persen," katanya menambahkan.
Sementara itu, Ny Eha (35) warga Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, mengaku selama ini pihaknya kesulitan untuk membeli beras karena suaminya seorang tukang becak penghasilannya sangat rendah.
Bahkan, kata dia, beberapa hari lalu suaminya sakit sehingga terpaksa tidak makan karena tak mampu membeli beras.
"Kami minta harga BBM jangan dinaikkan dulu karena akan lebih menyengsarakan masyarakat penghasilan kecil," ujar Eha yang memiliki empat anak itu.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008