Yogyakarta, (ANTARA News) - Qanita Qamarini, siswi SMP 5 Yogyakarta, akan mewakili Indonesia mengikuti konferensi anak-anak sedunia tentang lingkungan hidup, Tunza International, yang rencananya digelar di Stavanger, Norwegia pada 16-21 Juni. Usai diterima Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, Senin, siswi kelas VII Program Internasional tersebut mengatakan dirinya terpilih mewakili Indonesia atas program kampanye penghijauan yang dilakukannya bersama dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Qanita yang lahir pada 10 Maret 13 tahun lalu itu, mengatakan bahwa menanam pohon memiliki kekuatan universal di berbagai budaya dan segala lapisan masyarakat. "Menanam pohon dapat dilakukan oleh siapa saja, tua-muda, kaya-miskin, lelaki-perempuan, anak-anak atau orang dewasa," kata gadis berambut panjang itu. Ia menanam pohon di pekarangan rumahnya, pinggir jalan desa, dan kompleks perumahan di sekitar rumahnya bersama dengan masyarakat. "Saya membujuk tetangga-tetangga sekitar untuk menanam pohon dengan alasan mendukung proyek yang sedang saya lakukan, dan mereka mau," katanya dengan suara lirih. Keinginan untuk menyelamatkan lingkungan hidup timbul dalam diri Qanita setelah menyadari bahwa kondisi dunia semakin memanas akibat pemanasan global. "Jika dibiarkan terus-menerus, dunia ini akan rusak," kata anak pasangan Ahmad Saifudin dan Yuni itu. Selain di rumah, Qanita sering mengingatkan teman-temannya di sekolah untuk membuang sampah pada tempatnya. "Kadang mereka tidak peduli dengan alasan ada yang bertugas membersihkan sampah," kata Qanita yang menolak ruang kelasnya dilengkapi pendingin ruangan dengan alasan merusak ozon. Pada konferensi lingkungan hidup di Norwegia, Qanita yang akan pergi didampingi ayahnya itu akan mempresentasikan proyek yang telah dilakukannya dan juga mengikuti kegiatan "field trip" serta diskusi bersama anak-anak dari 100 negara lain. Qanita juga pernah terpilih mengikuti "Children`s Conference on Climate Change" (CCCC) yang digelar di Surabaya pada November tahun lalu dalam rangka menyambut Konvensi Perubahan Iklim yang digelar di Bali pada Desember. Selain melakukan kampanye melalui program nyata, hasil lukisan Qanita yang bertema "Save the Dessert" pernah masuk lima besar pada kejuaraan yang digelar United Nation Environment Programme (UNEP) pada 2007. Lukisan yang menggambarkan pohon kurma dengan tiga daun yang masing-masing mewakili gurun di daerah Arabia, Afrika dan Amerika itu kini menjadi salah satu poster kampanye lingkungan hidup UNEP. Ia juga pernah melawat ke Jepang pada 2005 setelah lukisannya yang berjudul "Hide and Seek" merebut "special prize" di Aichi Expo. Selain itu, lukisan digitalnya yang berjudul "My Favorite Sport" dengan gambar balap karung juga menuai prestasi di International Child`s Art Competition sehingga ia berkesempatan mengunjungi Washington DC pada Juni 2007. Sementara itu, Walikota Yogyakarta Herry Zudianto yang menerima Qanita di kantornya bahkan berkeinginan menjadikan siswi SMP tersebut sebagai ikon dalam kampanye lingkungan hidup di Yogyakarta. Tunza International adalah konferensi anak-anak tentang lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh UNEP bekerja sama dengan Young Agenda 21. Konferensi di Norwegia tersebut adalah konferensi ketujuh sejak 1995 dan diperkirakan dihadiri oleh 1.000 anak-anak serta pendampingnya. Sebelum digelar di Norwegia, konferensi yang diadakan tiap dua tahun sekali itu pernah digelar di Eastbourne Inggris (1995), Nairobi Kenya (1998), Eastbourne (2000), Victoria BC Kanada (2002), New London Amerika Serikat (2004) dan Putrajaya Malaysia (2006). (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008