Jakarta, (ANTARA News) - Ribuan orang secara bergelombang mendatangi Istana Merdeka di Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, untuk menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sekaligus memperingati sepuluh tahun reformasi di Tanah Air. Gelombang pertama datang sekitar pukul 11.00 WIB. Mereka berjumlah sekitar 500 orang dan berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Indonesia (BEM SI). Para mahasiswa tersebut berasal dari berbagai universitas antara lain dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Lampung (Unila), Universitas Padjajaran (Unpad), dan Universitas Diponegoro (Undip). Mereka membawa tujuh gugatan rakyat yang pernah dibacakan oleh BEM dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan IPB di depan Istana Merdeka pada Rabu (7/5). Isi dari tujuh gugatan itu adalah meminta pemerintah agar menasionalisasi aset strategis, memberikan pendidikan serta pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas, dan mewujudkan kepastian hukum. Sedangkan tuntutan lainnya adalah mengembalikan kedaulatan bangsa di sektor pangan, membuat harga kebutuhan pokok terjangkau rakyat, dan menuntaskan reformasi birokrasi. Tuntutan yang ketujuh atau yang terakhir adalah menyelamatkan lingkungan hidup Indonesia yang telah dieksploitasi oleh berbagai pihak, misalnya kasus Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Gelombang kedua datang sekitar pukul 13.00 WIB adalah yaitu ratusan orang yang datang dari berbagai elemen antara lain dari Front Rakyat Menggugat (FRM) dan Jaringan Aktivis Prodemokrasi (Prodem). Pada gelombang kedua itu bahkan juga tampak puluhan ibu rumah tangga yang memakai busana panjang menutup badan berwarna putih. Para ibu itu juga turut menolak kenaikan BBM. Banyaknya aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka itu juga menyebabkan arus lalu lintas di Jalan Merdeka Barat terpaksa ditutup oleh pihak kepolisian dan kendaraan yang akan melewatinya dialihkan ke jalan lain. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008