Surabaya (ANTARA News) - Seorang mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, Widianto, Senin, diamankan aparat kepolisian saat melakukan aksi demonstrasi (demo) menolak kenaikan BBM, terkait kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam peringatan Hardiknas di Kampus C Unair, Surabaya, Jatim. Mahasiswa semester 8 jurusan Sastra Arab IAIN Sunan Ampel Surabaya itu, "diciduk" polisi di tengah-tengah demo mahasiswa yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) yang sempat bentrok ketika mahasiswa dan polisi saling dorong, hingga polisi terjatuh dan akhirnya polisi menghalau dengan alat pukul. Bahkan, seorang polisi sempat terjatuh dalam aksi saling dorong itu, sedangkan empat mahasiswa mengalami luka memar akibat penghalauan dengan alat pukul itu. Namun, aksi yang dilakukan ratusan mahasiswa dari elemen BEM Seluruh Indonesia (BEM SI), KAMMI, FPR, dan Kelompok Cipayung Surabaya sejak pukul 09.00 WIB itu berakhir damai, hingga Presiden Yudhoyono meninggalkan lokasi acara sekitar pukul 11.30 WIB. Kendati Presiden meninggalkan Kampus C Unair di kawasan Mulyorejo, mahasiswa dari BEM SI Jatim melanjutkan aksi dengan shalat ghaib di jalan raya dan meletakkan keranda tentang matinya kedaulatan rakyat di depan para mahasiswa dari ITS, Unibraw, Unijoyo, dan beberapa universitas swasta itu. Sementara itu, mahasiswa dari kelompok Cipayung saat hendak pulang dengan berbalik ke arahKkampus C Unair Surabaya untuk menuju RRI Surabaya justru dihalau satu truk polisi, sehingga mereka terpaksa kembali ke Jalan Kertajaya untuk melakukan konvoi ke RRI Jl Pemuda, Surabaya. Hingga aksi berakhir, mahasiswa gagal menerobos barikade polisi, karena mahasiswa dikumpulkan polisi di depan Jl Kertajaya Timur yang berjarak sekitar 500 meter dari Kampus C Unair, kemudian polisi "menutup" jalan itu dengan lima truk. Aksi saling dorong sempat terjadi dua kali saat aktivis FPR berusaha menerobos barikade polisi dan saat aktivis KAMMI Surabaya juga berusaha menerobos barisan polisi dengan merayap di sela-sela kaki aparat kepolisian, namun mahasiswa tetap gagal. Dalam aksi itu, ratusan mahasiswa menyatakan penolakan kenaikan BBM, mendesak penurunan harga bahan pokok, mendesa pemerintah mengganti Tim Ekonomi yang ada, mengusir operator Migas asing, dan meminta Presiden menuntaskan kasus lumpur Lapindo. "SBY (Presiden Yudhoyono) terjebak skenario dan spekulasi negara maju dengan melakukan penghematan energi dan melakukan konversi energi, padahal hal itu tidak harus terjadi jika pemerintah punya kemauan kuat, karena faktanya SBY justru melakukan liberalisasi," kata seorang pengunjuk rasa.
Copyright © ANTARA 2008