Surabaya (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan pendidikan di Indonesia tidak boleh hanya terkait dengan transfer ilmu dan teknologi, namun juga harus mampu membentuk nilai serta karakter bangsa. Dalam sambutan pada peringatan Hari Pendidikan Nasional yang berlangsung di Universitas Airlangga Surabaya, Senin, Kepala Negara menyatakan dua tujuan utama pendidikan di Indonesia adalah selain untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, juga untuk membangun karakter bangsa yang kuat. "Jangan menjadi pemalas dan mudah menyerah. Sifat yang harus dimiliki bangsa ini adalah tangguh, ulet, peduli dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi," tegasnya di hadapan sekitar 1.000 orang dari kalangan pendidik, pelajar dan mahasiswa serta pemerintah daerah setempat yang hadir dalam acara tersebut. Presiden meminta kalangan guru dan tenaga pendidik agar terus-menerus memastikan sistem yang tepat bagi pendidikan. "Dalam lima tahun ini tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan pendidikan adalah membuat pendidikan menjadi bermutu, berkualitas, mudah dijangkau dan gratis bagi warga miskin," katanya. Kebangkitan Nasional Terkait dengan 100 Tahun Kebangkitan Nasional, Presiden mengingatkan seluruh rakyat Indonesia agar bersama-sama membangun kemandirian, daya saing dan peradaban yang maju. "Dengan sumber daya alam yang kita miliki serta potensi-potensi lainnya, saya ingin itu dapat menjadi sumber kekuatan untuk mandiri," paparnya. Mengenai daya saing, Kepala Negara mengatakan bila Indonesia ingin menjadi bangsa yang maju, maka setiap anak bangsa harus memiliki daya saing dan berkualitas tinggi. "Untuk itu kita berusaha meratakan pendidikan bagi semua putra-putri bangsa. Pendidikan harus untuk semua karena kita memerlukan anak bangsa yang punya keunggulan," tambahnya. Sedangkan untuk membangun peradaban yang maju, Presiden meminta semua pihak agar membangun watak bangsa yang kuat. "Jangan jadi bangsa yang lunak dan permisif. Dengan permisif kita tidak akan menjadi bangsa yang maju," tegas Presiden. (*)
Copyright © ANTARA 2008