Saya minta --termasuk diri saya-- untuk hati-hati dalam membuat pernyataan ya karena pernyataan sekecil apapun kalau emosional tanpa terkendali itu bisa menimbulkan opini yang berbeda, ucap TjahjoJakarta (ANTARA) - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengingatkan kepala daerah untuk menjaga ucapan agar kericuhan yang terjadi Manokwari dan Jayapura tidak terulang lagi.
Usai rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, di Jakarta, Senin, Tjahjo menuturkan beberapa kota menjadi tujuan mahasiswa dari Papua Barat dan Papua, seperti Yogyakarta, Makassar, Salatiga dan Jakarta.
"Saya minta --termasuk diri saya-- untuk hati-hati dalam membuat pernyataan ya karena pernyataan sekecil apapun kalau emosional tanpa terkendali itu bisa menimbulkan opini yang berbeda," ucap Tjahjo.
Baca juga: Mendagri ingatkan kepala daerah menahan diri terkait aksi di Manokwari
Apabila tidak berhati-hati dalam berucap, kata dia, dapat menimbulkan kesalahpahaman dan membesar seperti yang terjadi di Manokwari dan Jayapura.
Setelah situasi keamanan membaik, ia berencana mengundang Gubernur Papua Barat, Gubernur Papua dan Gubernur Jatim untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan yang ada.
Baca juga: Wiranto apresiasi Khofifah minta maaf kepada Gubernur Papua
"Setelah Jayapura reda, dalam waktu dekat kami juga akan memanggil dan minta klarifikasi dari pernyataan Sekda Papua," kata dia.
Sebelumnya massa memblokade sejumlah jalan utama di Manokwari, Papua Barat, dengan membakar ban sehingga membuat arus transportasi di daerah itu lumpuh.
Baca juga: Tokoh adat imbau pemerintah jamin mahasiswa Papua kuliah di Jawa
Selain itu, puluhan ribu warga Papua berjalan kaki menuju Kantor Gubernur Dok II Jayapura untuk menemui Gubernur Papua Lukas Enembe. Aksi itu menyebabkan jalan utama macet dan pertokoan tutup.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto menyebut pemicu aksi di Papua dan Papua Barat adalah pernyataan negatif oleh sejumlah oknum terkait pelecehan bendera Merah Putih di Jawa Timur.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019