Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Senin pagi, melemah, menyusul aksi beli dolar pelaku pasar yang terpicu oleh menguatnya harga minyak mentah dunia di atas angka 126 dolar AS per barel. "Gejolak kenaikan harga minyak mentah dunia itu memicu pelaku lokal membeli dolar AS, sehingga mata uang asing itu menguat setelah hari sebelumnya melemah," kata analis valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Senin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi Rp9.250/9.260 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp9.240/9.254 atau melemah 10 poin. Dikatakannya, rupiah juga mendapat tekanan pasar dari melemahnya pasar saham regional akibat merosot bursa Wall Street. Pasar saham regional yang melemah seperti indeks Nikkei, Jepang turun 0,6 persen atau 87,89 poin menjadi 13.567,41. "Kami memperkirakan rupiah pada sore nanti masih akan melemah, karena minat beli dolar AS di pasar cenderung makin menguat," katanya. Penurunan nilai tukar rupiah itu agak tertahan oleh aksi sejumlah investor asing yang masih bermain di pasar domestik setelah bank sentral AS menurunkan suku bunganya menjadi 2,00 persen sehingga kisaran bunga rupiah terhadap dolar AS makin melebar. Sentimen negatif dari gejolak kenaikan harga minyak mentah cenderung lebih tinggi ketimbang sentimen positif dari investor asing yang masih menempatkan dananya di pasar domestik, katanya. Rupiah diperkirakan masih berada dalam kisaran antara Rp9.250 sampai Rp9.275 per dolar AS, karena Bank Indonesia (BI) akan tetap menjaga agar mata uang Indonesia tidak berada di atas angka Rp9.300 per dolar. "BI akan tetap menjaga rupiah dibawah angka Rp9.300 per dolar AS, meski sentimen negatif cukup tinggi," katanya. Rupiah akan terus melemah apabila pemerintah jadi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada akhir Mei yang diperkirakan akan menekan mata uang lokal itu. Kenaikan harga bahan bakar minyak akan memicu rupiah berada di atas angka Rp9.400 per dolar AS, ucapnya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008