Tanjungpinang (ANTARA) - Sekitar 450 orang pencari suaka terpaksa mengurangi makan setiap hari agar dapat menyampaikan aspirasi melalui aksi unjuk rasa di Kantor Organisasi Internasional untuk Migrasi
(International Organization for Migration/IOM) dan Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) Kota Tanjungpinang.
Salah seorang pencari suaka, Albozier Pasha, Senin mengatakan aksi hari ini yang keenam kalinya digelar di depan Kantor IOM dan UNHCR Tanjungpinang.
Aksi ini bukan keinginan pribadi, melainkan seluruh pencari suaka yang menuntut keadilan, kebebasan dan mendapatkan kehidupan yang layak. Mereka menuntut agar mendapat kepastian tinggal di negara ketiga, Australia, Kanada dan Amerika.
Aksi ini, menurut dia menguras tenaga.
Bahkan kalau dipaksakan dilaksanakan setiap hari, mereka tidak mungkin dapat makan siang dan malam.
"Uang yang diberikan IOM kepada kami Rp1,2 juta," ucapnya.
Untuk menggelar aksi ini, kata dia pencari suaka harus mengurangi makan dari dua kali menjadi satu kali. Sebab dalam setiap aksi, mereka membutuhkan dana sekitar Rp3,7 juta untuk membayar angkot.
"Hanya angkot satu-satunya transportasi kami," katanya.
Albozier, pencari suaka asal Sudan itu mengatakan seluruh pencari suaka sepakat mengumpulkan dana untuk memperjuangkan hak-haknya melalui aksi unjuk rasa. Namun dalam setiap aksi tidak semua pencari suaka dapat hadir karena kekurangan dana.
"Aksi ini lebih efektif setelah kami menggelar aksi serupa di Hotel Badra, tempat tinggal kami. Kami juga sudah berulang kali melayangkan surat ke PBB, tetapi tidak direspons," ujarnya.
Ia menegaskan aksi ini ditujukan kepada UNHCR, bukan kepada IOM. Namun Kantor IOM Tanjungpinang terkena dampaknya lantaran satu kantor dengan UNHCR.
Pencari suaka juga ingin menegaskan bahwa aksi ini tidak bermaksud mengganggu warga maupun pihak lainnya di Indonesia.
"Kami tidak ada masalah dengan masyarakat dan Pemerintah Indonesia. Kami sangat bersyukur mendapat perlakuan yang baik dari polisi, pemerintah dan masyarakat Indonesia," katanya.
David Hazarah, pencari suaka asal Afghanistan, mengatakan aksi ini untuk mendapat perhatian dunia. Permasalahan kemanusiaan yang dialami pencari suaka adalah urusan dunia.
"Kami minta bantuan negara-negara agar segera ditempatkan di negara ketiga, mendapat jaminan keamanan, dan kehidupan yang layak," ujarnya.
Ia mengatakan pencari suaka pasti ingin kembali ke negaranya jika aman. Namun sampai hari ini negara asal mereka tidak aman. Baru-baru ini, bom meledak di lokasi acara pernikahan di Afghanistan. Lebih 200 orang meninggal dunia dari tragedi itu.
"Teman-teman asal Afghanistan sedih. Perasaan kami hancur. Ratusan orang meninggal saat acara pernikahan itu," tuturnya.
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019