Jakarta (ANTARA) - Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) masih memberikan layanan kesehatan baik rawat inap ataupun rawat jalan pada jamaah haji Indonesia menjelang kepulangan ke Tanah Air.

Dalam siaran pers Kementerian Kesehatan yang diterima di Jakarta, Senin, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Mekah mengalami lonjakan kunjungan pascaibadah puncak haji di Arafah-Muzdalifah-Mina.

Berdasarkan data laporan kunjungan ke KKHI Makkah, pada 15 Agustus 2019 terjadi lonjakan angka kunjungan harian tertinggi yang mencapai 154 orang pasien. Total kunjungan hingga hari operasional ke-35 (16/8) KKHI Mekah 2.679 orang.

“Pelayanan di KKHI Mekah puncaknya setelah waktu Armuzna, karena itu puncak ibadahnya. Jamaah dari seluruh dunia ada di sini,” kata Penanggung Jawab Pelayanan Medis KKHI Makkah. dr. Meity Adriana, Sp.JP.

Menurut Meity, kasus jenis penyakit baik sebelum dan sesudah Armuzna umumnya sama, yakni ISPA dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Hanya saja dari volumenya saat ini semakin bertambah yang kebanyakan terpicu karena faktor kelelahan dan dehidrasi yang dialami oleh jamaah haji.
Baca juga: Amirul Hajj kumpulkan jajarannya jelang kepulangan ke Tanah Air

Petugas kesehatan akan menurunkan tenaga penuh untuk memberikan pelayanan. KKHI Makkah juga sudah menyiapkan stok obat-obatan termasuk vitamin yang dibutuhkan pasien.

Penguatan visitasi terutama bagi pasien yang dirawat di RS Arab Saudi juga dilakukan. Menjalin komunikasi intens dengan para dokter di rumah sakit tersebut khususnya terkait riwayat penyakit pasien agar pasien mendapatkan terapi yang maksimal.

Khusus bagi jemaah haji yang akan kembali ke tanah air dalam waktu dekat dan masih dalam masa perawatan di KKHI dan RS Arab Saudi, akan dilakukan penanganan terlebih dulu hingga dinyatakan sehat dan laik terbang.

“Ada beberapa pasien yang masih membutuhkan perawatan, tentunya kami akan serahkan kepada pihak rumah sakit Arab Saudi. Dengan pantauan dari kami dari tenaga kesehatan Indonesia untuk mendapatkan terapi maksimal dulu dan mereka dinyatakan layak untuk terbang,” jelas Meity.
Baca juga: Lepas kepulangan kloter pertama, Amirul Hajj meminta maaf

Dia menerangkan tim kesehatan tidak akan memaksakan untuk dipulangkan karena beberapa pasien membutuhkan alat bantu nafas. Sedangkan untuk perjalanan jauh ataupun naik pesawat diperlukan beberapa kriteria yang harus dipenuhi.

Direktur KKHI Makkah dr. Ali Setiawan, Sp.B mengatakan layanan operasional KKHI Makkah akan berakhir pada 6 September 2019. Peningkatan jumlah kunjungan beberapa hari terakhir usai periode Armuzna sampai dengan masa akhir operasional tentu membutuhkan pengelolaan yang tepat.

Seluruh petugas kesehatan harus bisa menyiapkan kesehatan para jemaah haji Indonesia, baik yang tengah dirawat maupun yang dalam kondisi sehat, agar bisa pulang ke tanah air dengan memenuhi kriteria kesehatan penerbangan.

“Untuk pasien dengan kondisi kesehatan tertentu yang harus dipulangkan terpisah dari kloternya, ini juga memerlukan pengaturan khusus. Bagaimana pengurusan paspornya, form medif, koordinasi dengan kloter, teknis evakuasinya dan sebagainya,” terang Ali.
Baca juga: Kemenlu sedang urus kepulangan jemaah haji Indonesia di Filipina
Baca juga: Kepulangan jemaah haji kloter 14 Jakarta tertunda

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019