Palu (ANTARA News) - Protes Persaudaraan Rakyat Miskin Kota (Urban Poor Linkage, Uplink) dan Jaringan Rakyat Kecil (Jarak) di Bundaran Kota Palu, Sabtu malam terhadap rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), diwarnai aksi teatrikal. Selain membentangkan spanduk berisi kecaman atas rencana kenaikan harga BBM, puluhan pengunjuk rasa menutupi mulutnya menggunakan lakban dan membawa peralatan dapur bekas. Peralatan dapur serta jagung dan ubi rebus mereka gantungkan di kayu yang mereka bawa. Enam orang pengunjuk rasa berperan tidur di pinggir badan jalan seolah-olah tidak kuat lagi menahan lapar. Di badan jalan dekat Detasemen Polisi Militer terlihat beberapa buah kursi kayu berdampingan yang masing-masing diduduki tiga orang menyimbolkan diri seorang presiden, pimpinan DPR, dan kapitalis -sesuai papan nama yang tergantung di leher mereka. Di tangan "presiden" memegang secarik kertas bertuliskan "kami segera menaikkan harga BBM" dan di tangan pimpinan parlemen bertuliskan "Kami setuju-setuju saja" sedangkan di tangan kapitalis bertuliskan dorongan kepada pemerintah untuk mempercepat realisasi kenaikan harga BBM. Aksi itu sempat membuat arus lalu-lintas di perempatan jalan itu macet meski terdapat sejumlah polisi lalu lintas mengatur lalu lalang kendaraan. Koordinator pengunjuk rasa Hasnah mengatakan rencana pemerintah menaikkan harga BBM hingga 30 persen dari harga saat ini berdampak sangat buruk terhadap perekonomian rakyat yang sebenarnya masih terpuruk. Ia menyebutkan akibat kenaikan harga BBM, jumlah orang miskin di Indonesia bertambah hingga "Penderitaan rakyat kian bertambah karena kenaikan harga BBM dipastikan diikuti lonjakan harga bahan pokok dan biaya transportasi," katanya. Hasnah mengatakan solusi yang ditawarkan pemerintah dengan memberlakukan kembali program bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp100 ribu perbulan untuk setiap rumah tangga miskin tidak tepat. Ia mencontohkan pemberian BLT pada tahun-tahun sebelumnya salah sasaran karena warga miskin tidak terdaftar sebagai penerima. Pengunjuk rasa berpendapat penghematan penggunaan BBM merupakan solusi terbaik mengurangi beban subsidi dalam APBN.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008