Jakarta (ANTARA) - Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati, menyebutkan bahwa tanaman hias bougenville (Bougenville amenities) dapat menyerap polusi udara sebanyak 45,44 mikrogram/gram.

"Bougenville amenities memiliki serapan polusi udara kategori tinggi sebesar 45,44 mikrogram/gram," kata dia pada acara penanaman bougenville bersama Gubernur DKI Jakarta, di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu.

Pemprov DKI telah menanam sekitar 100.000 tanaman Bougenville amenities di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Tanaman bougenville itu, kata dia, menggantikan tanaman bakung yang berumbi, yang rencananya akan dialokasikan ke kebon bibit. Tanaman berumbi itu selanjutnya akan ditanam secara bertahap di beberapa wilayah di Jakarta antara lain Jalan Kasablanka dan Jalan Salemba Raya di Jakarta Pusat.

Selain kegiatan penanaman Bougenville amenities, pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga berencana akan menanam jenis pohon lain yang menyerap polutan yakni pohon tabebuya, pohon dadap kuning, dan jenis-jenis lain pohon.

Juga baca: Anies menanam Bougenville Amenities di Jalan Sudirman

Juga baca: Polusi udara di Jakarta saat malam HUT RI menurun

Juga baca: BPTJ galakkan jalan kaki untuk menekan polusi udara

Sementara itu, Direktur Eksekutif Komite Pengurangan Bensin Bertimbal Ahmad Safrudin menilai penanaman pohon bukan solusi tepat untuk mengurangi polusi udara.

"Tanam pohon untuk mengurangi polusi udara? Itu tidak tepat," kata dia di Jakarta, Jumat (16/8), yang menilah langkah pemerintah kota untuk menanam pohon tersebut dinilai masih kurang data.

Menanam pohon untuk mengurangi polusi udara, menurut dia, sama sekali tidak memberi pengaruh maupun memperbaiki kualitas udara Jakarta.

Selanjutnya dia menjelaskan, untuk mengurangi polusi udara bisa diatasi dengan mengatur sumbernya seperti kendaraan bermotor yang banyak menyumbang polutan.

BBM yang digunakan pengendara motor, lanjutnya, sebaiknya adalah pertamax. "Minimal pertamax. Karena RON-nya itu mengandung emisi yang tidak seperti pertalite dan premium," katanya.

Pewarta: Galih Pradipta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019