Cotabato (ANTARA News) - Tentara Malaysia yang bertugas memantau gencatan senjata antara pemerintah Filipina dan separatis Muslim Sabtu mulai ditarik dari pulau selatan Filipina yang bergolak, kata para saksimata dan para petugas bandara.
Penarikan mundur 40 tentara Malaysia dari empat kota di pulau Filipina selatan Mindanao itu akan menyisakan hanya 21 tentara Malaysia di wilayah tersebut.
Satu pesawat kargo militer terbang ke kota-kota Davao dan General Santos untuk mengambil kontingen pemantau gencatan senjata itu, sebelum berhenti di Cotabato dan pelabuhan kota Zamboanga, sebelum kembali ke Malaysia.
Ketua tim pemantau, Mayor Jenderal Bin Yashin Daud, sebelumnya mengatakan bahwa sebagian tim yang ditinggal, yang masih ada di Kota Cotabato, akan segera kembali ke Malaysia pada saat mereka mengakhiri mandat September depan.
Pasukan Malaysia telah membentuk tim pemantau internasional atas gencatan senjata yang ditandatangani pada 2003 antara pemerintah Filipina dan separatis Front Pembebasan Islam Moro (MILF), yang berusaha memuluskan jalan bagi perundingan-perundingan perdamaian.
Meskipun demikian Malaysia, yang juga menjadi tuanrumah perundingan-perundingan perdamaian, menyatakan bahwa pihaknya tidak akan mengirimkan tentaranya lagi setelah perundingan-perundingan terhenti, berkaitan masalah wilayah leluhur yang diklaim oleh pihak MILF.
Menteri Luar Negeri Malaysia Rais Yatim belum lama mengatakan, dalam kunjungannya ke Filipina, bahwa dia berharap adanya keputusan yang bisa `memberikan kesempatan bagi kedua pihak untuk mengevaluasi masalah-masalah di dalam pembicaraan dalam konteks proses perdamaian."
Kendatipun demikian, penarikan mundur tentara Malaysia dikhawatirkan akan merebakkan kembali pertempuran-pertempuran di Filipina selatan, di mana MILF yang berkekuatan 12.000 anggota telah berperang sejak 1978 dengan tujuan membentuk satu negara Islam di sepertiga wilayah selatan dari negara yang sebagian besar penduduknya memeluk Kristen itu, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008