Jakarta (ANTARA) - Dua belas seri berlalu, namun Ferrari belum pernah mengangkat trofi juara hingga balapan Formula 1 mengambil jeda musim panas setelah GP Hungaria pada awal bulan.
Ingin mengulangi kesuksesan mereka 11 tahun silam dengan gelar juara dunia, Ferrari justru belum mengantongi kemenangan di musim 2019 dan terancam disusul oleh tim Red Bull jelang paruh kedua musim ini.
Sebastian Vettel akan genap satu tahun tanpa gelar juara balapan ketika F1 menyelesaikan libur musim panas dan bergulir kembali di Belgia akhir bulan nanti.
Pebalap Jerman, juara dunia empat kali itu, terakhir kali menang di Sirkuit Spa-Francorchamps pada 26 Agustus tahun lalu. Seri GP Belgia musim ini akan digelar 1 September.
Ada benarnya juga jika Direktur pelaksana motorsport F1 Ross Brawn menilai jika libur musim panas kompetisi ini mungkin momentum yang tepat bagi Ferrari untuk rehat sejenak sebelum mempersiapkan sembilan balapan yang tersisa.
Vettel pun melakukan introspeksi.
"Saya harus kritis terhadap diri sendiri karena saya belum melakukan tugas dengan baik. Jadi itu adalah hal yang perlu saya fokuskan lagi dan perbaiki di paruh kedua musim ini, yang memerlukan penanganan," kata Vettel seperti dikutip laman resmi Formula 1.
Pebalap bernomor mobil 5 itu nyaris menang di Kanada jika saja manuver, yang memaksa Lewis Hamilton menghindari tembok pembatas, di Tikungan 4 tidak berbuah penalti kepada sang pebalap Ferrari.
"Di luar itu... beberapa balapan lebih baik, sedangkan yang lain lebih buruk. Tapi pastinya sejumlah balapan terakhir mungkin lebih baik untuk saya, sedangkan sejumlah lainnya di awal, saya sedikit kewalahan ketika kami mencoba banyak hal."
"Saya rasa jelas kami belum berada di tempat yang semestinya."
Baca juga: Vettel ingin semua pihak sabar tunggu Ferrari berjaya
Baca juga: Penalti kontroversial rampas kemenangan Vettel di Kanada
Pendekatan yang salah?
Tampil sebagai yang tercepat di tes pra-musim, Ferrari muncul sebagai tim yang harus dikalahkan. Namun, hasil awal musim berkata lain ketika rival, Mercedes, mengemas lima finis 1-2 secara beruntun sejak seri pembuka di Australia.
Mantan juara dunia Nico Rosberg pun memandang Ferrari melakukan pendekatan yang kurang tepat karena memilih desain aerodinamika yang membuat mereka cepat di lintasan lurus namun kalah cepat dari Mercedes ketika duel di tikungan.
Statistik menunjukkan Ferrari lebih lambat sekitar 0,8 detik dari Mercedes dalam hal kecepatan di balapan. Kemudian di Hungaria, Vettel finis lebih dari 60 detik di belakang Hamilton yang menunjukkan kelemahan Ferrari di trek yang berkarakter downforce tinggi dan tikungan lambat.
Defisit 150 poin terhadap Mercedes di klasemen konstruktor menunjukkan kelemahan tim asal Italia itu dan mereka pun mulai berbenah untuk balapan selanjutnya.
"Kalian lihat ke tabel poin, lihat ke balapan (di Hungaria), dan di trek yang kami kalah dari yang lain, jadi kami melihat hal-hal itu dan kami sedang bekerja sangat keras," kata Vettel.
"Semua sangat bersemangat dan saya rasa kuncinya sekarang adalah untuk tetap tenang, lakukan pekerjaan rumah kami dan pastinya mencoba mengejar sebisa mungkin. Itu lah prioritas kuncinya."
Kepala tim Ferrari Mattia Binotto pun tak meragukan kecepatan Vettel di trek. Binotto melihat setelah insiden tubrukan dengan Max Verstappen di Inggris, Vettel membayar kesalahannya dengan naik podium di Jerman dan Hungaria.
"Dia paham jika penting baginya untuk menggunakan kecepatannya jadi pastinya jika kalian melakukan kesalahan seperti di Silverstone, itu bukan lah yang terbaik tapi terlepas dari itu aku sangat senang."
"Karena dia memiliki pengalaman yang banyak, dia tahu bagaimana menjaga ban dan saya kira itu lah kekuatannya dan saya kira dia melakukan hal itu dengan baik," kata Binotto.
Memahami pemakaian ban menjadi salah satu masalah utama Ferrari dan kemampuan Vettel menjaga umur ban pun diakui oleh Charles Leclerc, yang harus belajar banyak dari rekan satu timnya itu.
Baca juga: Verstappen menunjukkan kelasnya, puji bos Red Bull
Baca juga: Honda buka lembaran baru lewat kemenangan di Austria
Ferrari sangat berharap bisa membalikkan keadaan di Spa dan Monza, dengan sejumlah lintasan lurus yang akan menguntungkan mobil mereka yang memiliki karakter downforce rendah, agar terhindar dari musim nirkemenangan untuk kali ketiga di era turbo hybrid V6 sejak 2014.
"Saya kira (Spa dan Monza) lebih sensitif dengan tenaga jadi kami seharusnya bisa lebih (sukses) di sana, tapi tak ada hasil tanpa perjuangan. Saya rasa saingan kami juga sangat kuat semuanya dan kami mencoba menantang diri kami sendiri," kata Binotto.
Memang tak ada jaminan Ferrari bisa menang di Spa dan kandang mereka, Monza. Sejumlah kesialan juga menimpa mereka ketika Leclerc harus kehilangan kesempatan podium pertama di Bahrain karena masalah mesin.
Pebalap asal Monako itu juga harus puas finis runner-up setelah disalip Max Verstappen jelang finis di Austria ditambah ketidakberuntungan Vettel di Kanada.
Kini Ferrari harus berjuang mempertahankan posisinya di peringkat dua agar tak tersalip Red Bull, yang grafiknya sedang naik setelah meraih dua kemenangan dan terpaut hanya 44 poin di peringkat tiga.
Ferrari pun telah membawa update terkini mereka di Hungaria, namun itu pun dirasa belum cukup untuk membuat mobil SF90 cepat seperti yang Vettel ungkapkan.
"Kami tahu jika kami kewalahan di tikungan dan setiap trek, mereka mempunyai tikungan. Jadi kami ingin membuat mobil yang lebih cepat di tikungan. Kami mencoba semua yang kami bisa namun saat ini itu tidak cukup," kata Vettel.
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2019