Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) memperketat penjualan BBM bersubsidi jenis premium dan solar ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) menyusul kenaikan konsumsi komoditas tersebut beberapa hari terakhir ini. Deputi Direktur Pemasaran Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Jumat, mengatakan, pihaknya berpatokan pada data-data penjualan SPBU selama enam bulan terakhir. "Kalau rata-rata enam bulan terakhir ini, volume harian SPBU hanya 20 ribu liter per hari, lalu tiba-tiba dia minta 40 ribu liter, kami tidak layani," katanya. Sejak pemerintah mengumumkan akan menaikkan harga BBM bersubsisi, Senin (5/5) lalu, konsumsi harian premium dan solar bersubsidi mengalami kenaikan antara 5-7 persen. Peningkatan konsumsi tersebut dikhawatirkan karena masyarakat sengaja menimbun menjelang pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM. Menurut Hanung, pihaknya belum berencana menambah impor karena peningkatan konsumsi tersebut tidak cukup besar. Impor yang direncanakan saat ini, lanjutnya, dilakukan karena ada kerusakan unit produksinya di Kilang Balongan, Indramayu. Hanung juga menambahkan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan pemda dan aparat kepolisian guna mengantisipasi jika terjadi pembelian BBM bersubsidi secara berlebihan. Kepala Divisi Humas Pertamina Wisnuntoro meminta meminta masyarakat tidak panik, sebab stok masih cukup aman yakni mencapai 17 hari dan distribusi juga tetap lancar. Menurut dia, peningkatan konsumsi tersebut masih tergolong wajar seperti halnya menjelang kenaikan pada 2005. "Waktu kenaikan BBM tahun 2005 lalu, kenaikannya mencapai 10 persen," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008