Jakarta (ANTARA News) - PT Pos Indonesia (persero) hingga kini mengaku belum disodori kontrak pencetakan kartu miskin sebagai bagian salah satu prasyarat pelaksanaan program bantuan langsung tunai (BLT) untuk mengkompensasi kenaikan harga BBM 2008 nanti. "Kita masih tunggu dari Depsos. Anggarannya pun juga anggaran Depsos," kata Dirut PT Pos, Hanna Suryana kepada ANTARA News di Jakarta, Jumat. PT Pos Indonesia ditetapkan sebagai pihak yang mendapat kontrak pencetakan kartu miskin hingga proses pembagian BLT mengingat jaringan PT Pos yang mencapai ke daerah-daerah terpencil. Hanna mengatakan, kontrak itu akan menentukan berapa jumlah kartu miskin bagi rumah tangga miskin (RTM) penerima BLT, meski angka sementara yang dijadikan patokan PT Pos Indonesia adalah 19,1 juta kartu miskin. "Tetapi desainnya sudah disepakati," katanya Seandainya kontrak dapat segera ditandatangani, tambahnya, proses pencetakan kartu pun diharapkan selesai dalam waktu singkat. "Nanti pembagiannya akan dilakukan secara bertahap dengan melibatkan pihak pemda," katanya. Dia mengaku, hingga saat ini belum mengetahui apapun terkait kapan kenaikan harga BBM bersubsidi dan besarannya akan diumumkan karena dirinya sama sekali tidak diajak rapat-rapat kabinet untuk menentukan kebijakan tersebut. Hanna juga mengakui, pekerjaan yang akan dilakukan BUMN yang dipimpinnya kali ini tergolong kerja berat mengingat kemungkinan terjadinya masalah saat penyaluran BLT nanti. "Masalahnya, RTM yang seharusnya dapat dan tidak dapat masih juga belum jelas. Tetapi nanti saat penyaluran, kita akan didampingi oleh aparat pemda dan BPS (Badan Pusat Statistik-red) wilayah," katanya. Sebelumnya, Menko Perekonomian Boediono mengatakan kenaikan harga BBM akan diumumkan setelah seluruh proses persiapan program kompensasinya, termasuk BLT plus, telah siap. Sedangkan, Kepala BPS, Rusman Heriawan menyatakan, pihaknya akan melakukan pembaruan ("update") data kemiskinan saat dilakukannya pembagian kartu miskin. "Tidak ada penambahan atau pendaftaran RTM baru," tegas Rusman saat itu. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008