Beirut (ANTARA News) - Pertempuran dahsyat, Kamis, mengguncang Beirut setelah kelompok Hizbullah yang didukung Iran mengatakan, pemerintah Lebanon yang didukung Amerika Serikat telah menyatakan perang dengan target jaringan komunikasi militer. Sumber-sumber keamanan mengatakan, pertempuran menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai 16 orang lainnya. Suara ledakan granat dan senjata-senjata otomatis terdengar hingga malam di dalam konflik internal terusuh sejak perang saudara 1975-1990 di negara itu. Pemerintah koalisi yang dipimpin Saad al-Hariri mengusulkan kesepakatan untuk mengakhiri krisis ini, berdasarkan mana keputusan-keputusan pemerintah yang membuat marah Hizbullah dianggap sebagai `kesalah-pahaman.` Keputusan-keputusan itu kemudian dirujukkan kepada militer Lebanon, yang bersikap netral dalam konfrontasi ini, dengan memberikan Jenderal Michel Suleiman pilihan untuk menangguhkan pelaksanaannya. Tetapi, Televisi Hizbullah al-Manar kemudian mengutip pernyataan sumber oposisi yang menolak gagasan untuk mengakhiri konflik lain dari yang diusulkan oleh pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, pada Kamis lalu. Nasrallah telah meminta pemerintah mengambil tindakan-tindakan pada pekan ini. Tetapi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyerukan agar semua pihak bersikap tenang dan menahan diri, serta menyerukan semua pihak untuk kembali melakukan dialog secara damai. Gedung Putih juga menyerukan Hizbullah untuk menghentikan tindakan-tindakan yang bersifat mengganggu. Para pejuang dari gerakan Syiah Hizbullah dan Amal telah terlibat bentrokan bersenjata dan serangan granat roket dengan orang-orang pro pemerintah, termasuk para pejuang yang loyal kepada gerakan Masa Depan Sunni, di beberapa wilayah di ibukota. Sumber-sumber keamanan mengatakan bahwa orang-orang bersenjata Hizbullah sedikitnya telah mengambil alih lima kantor kelompok Masa Depan Hariri. Banyak mobil dan toko dibakar yang membuat penduduk menyelamatkan diri dari wilayah yang bergolak itu, demikian laporan Reuters. (*)
Copyright © ANTARA 2008