Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Jumat pagi, menguat setelah beberapa hari tertekan, akibat gejolak harga minyak mentah dunia yang menimbulkan kekhawatiran mengganggu anggaran pemerintah. "Namun kekhawatiran itu agak mereda, setelah pemerintah mendapat dana talangan baru dari luar negeri (kreditor) sebesar Rp21 triliun," kata pengamat pasar uang Edwin Sinaga, di Jakarta, Jumat. Menurut dia, para pelaku semula khawatir anggaran belanja pemerintah akan makin tergerus habis, karena gejolak harga minyak mentah yang semakin liar. APBN sebelumnya menetapkan harga minyak mentah pada angka 95 dolar AS per barel, namun ternyata gejolak terus terjadi hingga harga mencapai 124 dolar AS per barel, ucapnya. Karena itu, lanjut dia, rupiah yang seharus mendapat dukungan sentimen pasar baik dengan melemahnya inflasi April dibanding bulan lalu dan penurunan suku bunga Fed fund sebesar 25 basis poin belum memicu rupiah naik tajam. Rupiah sempat bertahan pada kisaran antara Rp9.150 sampai Rp9.200 per dolar AS, namun akhirnya jebol juga berada di atas angka Rp9.261 mendekati level Rp9.300 per dolar AS, katanya. Ia mengatakan, gejolak harga minyak mentah akan terus terjadi bahkan diperkirakan akan bisa mencapai angka 200 dolar AS per barel. Apabila kenaikan ini berlanjut maka anggaran belanja pemerintah kemungkinan besar akan kebablasan, ujarnya. Rupiah, menurut dia, juga mendapat tekanan pasar dari melemah bursa regional, meski dolar As di pasar juga merosot. Dolar AS terhadap yen turun mennjadi 103,70, euro sedikit membaik setelah sempat terpuruk hingga di bawah angka 1,53, kini mencapai 1,5285 dari sebelumnya 1,5370. Euro sempat mencapai angka 1,60. (*)
Copyright © ANTARA 2008