Tangerang (ANTARA News) - Sejumlah barang kebutuhan pokok yang dijual pedagang di beberapa pasar tradisional di wilayah Kota Tangerang, Banten, terus merangkak naik hingga mencapai 30 persen, meski pemerintah belum mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pemantauan ANTARA News, Kamis, di beberapa pasar tradisional di Kota Tangerang seperti Pasar Malabar, Kecamatan Cibodas, Pasar Anyar, Pasar Ciledug dan Pasar Jatiuwung, maka kenaikan harga sejak pagi cenderung tak terbendung.
Saat ini untuk beras kwalitas bagus dengan harga Rp6.000/kg, gula pasir Rp6.500/kg, minyak goreng curah Rp7.000/liter, cabe merah mencapai Rp20.000, bawang merah Rp15.000/kg dan tomat Rp12.000/kg.
Padahal dua hari lalu sebelum memerintah berencana menaikkan harga BBM, harga tomat di Pasar Malabar hanya Rp8.000 hingga Rp9.000/kg, demikian pula cabe hanya sebesar Rp15.000 sampai Rp17.000/kg.
Kenaikan harga mencolok terjadi di Pasar Malabar karena masyoritas dipasok dari Pasar Induk Tanah Tinggi, Tangerang yang sebelumnya berasal dari sentra sayuran di Jawa Barat dan Lampung.
Para pedagang menyebutkan, kenaikan harga kebutuhan pokok tersebut tidak dapat dicegah karena sentra sayuran di Jabar belakangan ini mengalami penurunan produksi sementara permintaan terus bertambah.
"Sulit memang untuk harga agar turun apalagi beras, cabe, tomat, minyak goreng, walau sudah ada operasi pasar," kata Ny. Maryati (38) pedagang sembako di Pasar Malabar.
Pendapat serupa juga diutarakan Karsidi (46) pedagang sayuran di Pasar Ciledug, karena harga di pasar induk juga sudah naik, maka tidak mungkin akan turun apalagi ada kabar BBM akan naik.
Karsidi menyebutkan, salah satu penyebab naiknya harga kebutuhan rumah tangga itu akibat besarnya biaya transportasi dari sentra produksi sayuran dan adanya berbagai punggutan kepada sopir angkutan oleh oknum petugas di jalan raya.
Seorang ibu rumah tangga yang ditemui, Ny, Tuti Amsir (35) mengatakan, sulit untuk mengatur keuangan bila membeli aneka pokok kebutuhan rumah tangga karena gaji suaminya tidak naik.
Dia menambahkan, jika sudah dalam kondisi serba mahal, salah satu jalan pemecahan keuangan yakni dengan mengirit atau mengurangi porsi belanja dari sebelumnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008