Malang (ANTARA) - Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tergabung dalam kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 34 menciptakan inovasi mesin gerabah untuk membantu meningkatkan produktivitas pengrajin gerabah warga di Desa Pagelaran, Kabupaten Malang.

Ketua tim mesin gerabah mahasiswa KKN UMM, Sri Kurnia Maulana di Malang, Sabtu, mengemukakan inovasi mesin gerabah ini didasari atas kesadaran bahwa perkembangan teknologi sudah hampir sampai pada revolusi industri 4.0.

"Selama melaksanakan KKN ini, kami mengamati para perajin gerabah masih menggunakan teknologi yang sederhana, bahkan belum sampai pada revolusi industri 2.0," ucap Sri Kurnia Maulana.

Cara kerja mesin gerabah tersebut, lanjutnya, dengan memutarkan alas yang terpasang pada sumbu putar mesin. Mesin dapat memutar benda kerja secara terus menerus dan mempunyai kecepatan poros yang dapat disetel menurut kebutuhan dengan menggunakan pedal speed controller.

Selain itu, sumbu poros pemutar pada mesin tersebut dapat disetel kemiringannya kurang lebih sekitar 45 derajat dari kondisi vertikal.

Maulana menambahkan adanya teknologi ini tidak untuk mengubah tradisi budaya dalam tata cara pembuatan gerabah yang diadakan di dusun Krajan tersebut. Selain juga lebih efektif dan efisien, melainkan juga sebagai pemicu agar pengrajin tidak ketinggalan perkembangan zaman serta supaya para pengrajin gerabah tidak kalah bersaing dengan pengrajin gerabah di luaran.

Mesin gerabah yang diciptakan oleh kelompok KKN 34 telah didemostrasikan kepada para perajin pada Selasa (13/8) di Dusun Krajan, Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Selain para pengrajin dan warga, acara demonstrasi mesin gerabah tersebut juga dihadiri oleh perangkat desa.

"Mesin pembuat gerabah ini merupakan inovasi terbaru meskipun masih terdapat kekurangan di beberapa sektor," ucap Rusman, Pj Kepala Desa Pagelaran.

Rusman berharap kelompok KKN 34 UMM ini terus melakukan kontroling mesin yang diciptakan mereka. Inovasi yang digagas oleh KKN Kelompok 34 ini juga mendapat antusis yang baik dari beberapa pengrajin gerabah.

"Wis sip (sudah sip). Mantab sekali, tapi ada kekurangan, mungkin bisa ditambahkan rem saja," kata Sukiman, salah seorang pengrajin.

Baca juga: Universitas Muhammadiyah Malang juarai kontes robot dunia

Baca juga: Warga Palestina belajar budi daya perikanan di Universitas Muhammadiyah Malang

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019