Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia tengah mengupayakan utangnya kepada Inggris untuk dialihkan (debt swap) menjadi pelaksanaan program tertentu."Kita usulkan lagi program debt swap ke Inggris. Berapa nilainya, mereka yang menentukan," kata Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto, di Jakarta, Kamis.Indonesia pernah mendapatkan tawaran pengalihan utang dari Inggris menjadi program pengadaan bus untuk angkutan umum. Utang dari Inggris akan ditukar dengan bus-bus dari Inggris. Namun program tersebut ditolak karena setelah dilakukan perhitungan ternyata pengadaan bus melalui program itu lebih mahal jika dibanding dengan pengadaan bus melalui cara lain. Sementara itu mengenai realisasi pinjaman luar negeri hingga saat ini, Rahmat mengatakan, sudah ada realisasinya walaupun masih kecil. Ia menyebutkan, jumlah pinjaman luar negeri dalam anggaran 2008 ditetapkan sebesar 2,9 miliar dolar AS yang akan berasal dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Japan Bank International Corporation (JBIC). "Nanti penarikannya bisa sepanjang tahun, biasanya kita perlu banyak dana setelah kuartal I," katanya. Sementara itu mengenai dampak rencana kenaikan harga BBM terhadap minat untuk membeli surat utang negara (SUN), Rahmat mengatakan, adanya kepastian kenaikan harga BBM berdampak positif kepada minat investor terhadap SUN. "Dengan adanya kepastian kenaikan harga BBM kepercayaan investor membaik, artinya minat terhadap SUN makin baik," katanya. Ia juga menyebutkan bahwa ketika pemerintah mengumumkan kepastian akan menaikkan harga BBM, yield (imbal hasil) SUN justru mengalami penurunan. "Yield turun karena investor confidence (percaya) bahwa APBN sustainabel," katanya. Menurut dia, banyaknya pilihan instrumen surat utang negara juga mengurangi kekhawatiran terhadap peningkatan yield karena meningkatnya suku bunga akibat tekanan inflasi. "Sekarang kita punya banyak instrumen, sukuk sebentar lagi terbit. Jadi dengan diversifikasi makin baik. Kita bisa pilih instrumen-insturmen mana yang resikonya paling rendah dan biayanya paling efisien," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008