Jakarta (ANTARA News) - Dua perusahaan raksasa baja dunia yaitu Archelor-Mittal dan Bluescope International dijadwalkan akan mempresentasikan proposal kerjasamanya dengan PT Krakatau Steel (KS) di Jakarta, Kamis. Presentasi Mittal dan Bluescope tersebut akan dilaksanakan di Gedung Kementerian Negara BUMN, Jl Merdeka Selatan Jakarta Pusat sekitar pukul 13.00 WIB, demikian keterangan Humas Kementrian Negara BUMN. Dijadwalkan, Archelor-Mittal yang berasal dari India akan terlebih dahulu mempresentasikan proposal kerjasamanya di hadapan Meneg BUMN Sofyan Djalil dan manajemen PT Krakatau Steel. Setelah itu, baru kemudian Bluescope International yang berbasis di Australia itu. Sejatinya perusahaan baja dunia lain yaitu Tata Steel Ltd. juga dijadwalkan bertemu dengan pemegang saham pada hari yang sama tetapi karena berbagai alasan kemudian ditunda. Dua raksasa baja dunia itu selain dijadwalkan bertemu Meneg BUMN juga memiliki sederet kegiatan di antaranya berkoordinasi dengan para pemimpin perusahaannya di Indonesia. Sebelumnya, Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil, menyatakan akan segera menyusun dan memperketat "Sale and Purchase Agreement" (SPA) untuk melindungi kepentingan nasional terkait rencana investasi raksasa baja internasional, Arcelor-Mittal di PT Krakatau Steel. Pihaknya akan memperketat ketentuan-ketentuan dalam SPA yang di dalamnya memuat antara lain besaran investasi, sumber daya, dan pasar. Menteri menekankan, saat ini industri baja nasional terutama di PT KS masih memerlukan investasi sekitar 200-400 juta dolar AS. Investasi tambahan tersebut diharapkan mampu mendongkrak produktivitas baja nasional menjadi di atas 5 juta ton dari saat ini hanya 2,5 juta ton. Investasi sebesar itu rencananya akan didapatkan melalui privatisasi PT KS yang saat ini sudah ditentukan dengan dua pilihan yang belum diputuskan yakni penjualan strategis atau penawaran saham perdana (IPO-Initial Public Offering). Sementara dengan opsi kedua yakni penjualan strategis 30-40 persen, akan lebih menguntungkan terlebih sudah ada Mittal yang menawarkan proposal kerjasama sebelumnya. Untuk itu ketentuan-ketentuan dalam SPA yang harus disusun sedetail dan se-menguntungkan mungkin bagi kepentingan nasional Indonesia. Sofyan mengatakan, bila Indonesia tidak segera meningkatkan produksi baja nasional salah satunya dengan membeli dan menemukan bijih besi baru maka pasar baja dalam negeri akan diserbu negara lain seperti Malaysia, Vietnam, dan China. Menteri mengatakan, meningkatkan produksi baja nasional menjadi wajib, jadi masuknya investor siapapun termasuk Mittal sah-sah saja agar kebutuhan baja Indonesia sebesar 10-11 juta ton setahun dapat terpenuhi. Selain itu, pasar baja di tingkat internasional juga terbilang menjanjikan, misalnya hingga kini China saja membutuhkan 200-300 juta ton baja setahun. Terlebih sejumlah daerah misalnya di Kalimantan masih menyimpan cadangan tambang biji besi sekitar 600.000 ton, cukup untuk memasok kebutuhan selama 20 tahun meskipun kualitasnya di bawah 50 persen. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008