New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia melonjak ke rekor tertinggi baru di atas 123 dolar AS per barel, Rabu, di tengah kekhawatiran akan ketatnya pasokan dan berlanjutnya kerusuhan di negara kaya minyak Nigeria, para pedagang menyatakan. Harga minyak telah meroket dalam sebulan terakhir, sehingga memicu kekhawatiran kenaikan tajam harga dapat meningkatkan tekanan inflasi yang dapat menghambat momentum ekonomi global. Harga minyak mentah New York melesat ke tertinggi baru, memukul rekor harga Selasa 122,73 dolar AS, meski cadangan energi AS pekan lalu meningkat lebih besar dari yang diperkirakan. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juni, ditutup pada sebuah rekor 123,53 dolar AS per barel, setelah menyentuh puncak tertinggi perdagangan harian 123,80 dolar AS. Kontrak terangkat 1,69 dolar AS dibandingkan harga penutupan Selasa. Di London, minyak mentah Brent melesat ke puncak teratas selama ini pada 122,70 dolar, sebelum mantap pada 122,32 dolar AS, naik tajam 2,01 dolar AS dari sehari sebelumnya. Harga minyak terus bergerak naik Rabu, meski sebuah survei mingguan oleh pemerintah AS menunjukkan bahwa stok minyak mentah negara itu naik 5,7 juta barel menjadi 325,6 juta barel untuk pekan yang berakhir 2 Mei. Perusahaan investasi AS Goldman Sachs pada Selasa, menproyeksikan harga minyak dapat mencapai 200 dolar AS per barel dalam dua tahun. Goldman Sachs tiga tahun lalu, memprediksi dengan tepat dan dengan sangat baik harga minyak akan menembus 100 dolar AS -- yang terjadi pada Januari lalu. Para pedagang mengatakan sebuah gabungan kekuatan telah mendorong harga minyak naik, termasuk spekulator pasar dan keputusan oleh Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) tidak menaikkan kuota produksinya. Berkelanjutannya kerusahaan di Nigeria, produsen minyak mentah terbesar Afrika, telah membantu mendorong harga minyak ke posisi tertinggi selama ini. "Kekhawatiran berlanjutnya serbuan Turki ke dalam wilayah Irak dalam mengejar separatis Kurdi juga menyokong pergerakan harga," kata para analis kepada AFP. Para militan Nigeria menyerang sebuah kapal minyak di pesisir barat negara Afrika itu dan mengambil dua orang sebagai sandera pada pekan lalu. Peristiwa Sabtu terjadi setelah sumur minyak yang dioperasikan oleh grup minyak Belanda-Inggris Shell dan sebuah stasiun pengiriman minyak di selatan Bayelsa mendapat serangan, mendorong perusahaan mengurangi produksinya. Serangan-serangan seperti itu telah mengurangi produksi minyak Nigeria sekitar seperempatnya dalam dua tahun terakhir. Kenaikan harga minyak juga didorong oleh ketegangan diplomatik atas ambisi nuklir Iran yang Teheran katakan untuk tujuan damai. Iran adalah produsen minyak OPEC terbesar kedua. (*)
Copyright © ANTARA 2008