New York, (ANTARA News) - Saham-saham di Wall Street jatuh pada Rabu waktu setempat atau Kamis pagi WIB, karena harga minyak mentah melambung ke rekor puncak baru di atas 123 dolar AS per barel. Kenaikan harga minyak dapat menghambat pertumbuhan ekonomi AS melalui tekanan konsumen dan marjin laba perusahaan-perusahaan truk, perusahaan penerbangan dan perusahaan lainnya yang sangat tergantung pada pasokan bahan bakar minyak, kata para pedagang. Indeks Dow Jones Industrial Average dari saham-saham blue chips ditutup turun 206,48 poin atau 1,59 persen pada 12.814,35, Dow kembali di bawah 13.000 poin. Indeks komposit Nasdaq berakhir turun 44,82 poin atau 1,80 persen pada 2.438,49 sementara indeks Standard & Poor`s 500 jatuh 25,69 poin atau 1,81 persen menjadi ditutup pada 1.392,57. Saham-saham lunglai karena harga minyak meroket. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juni, ditutup pada sebuah rekor 123,53 dolar AS per barel, setelah menyentuh puncak tertinggi perdagangan harian 123,80 dolar AS. Kontrak terangkat 1,69 dolar AS dibandingkan harga penutupan Selasa. Beberapa ekonom mencemaskan kenaikan harga minyak dapat memangkas pertumbuhan ekonomi AS, Amerika adalah importir minyak terbesar dunia, yang telah terancam oleh kemerosotan berkepanjangan pasar perumahan dan pembekuan kredit. Para analis mengkhawatirkan kenaikan kuat minyak mentah sesuai perkiraan dan merusak prospek AS dan prospek global. "Sebuah kenaikan harga minyak yang `super-super` akan menghambat pertumbuhan ekonomi global," kata Ed Yardeni dari Yardeni Research. Sementara harga obligasi naik karena imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS berjangka 10-tahun turun menjadi 3,867 persen dari 3,893 persen pada Selasa, dan obligasi 30-tahun turun menjadit 4,622 persen dari 4,642 persen. Yield dan harga obligasi bergerak dalam arah berlawanan.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008