Surabaya (ANTARA) - Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Prof Akhmad Muzakki menyambut baik pernyataan Presiden RI Joko Widodo yang akan meningkatkan alokasi anggaran pendidikan sebesar Rp505,8 triliun untuk sektor pendidikan pada 2020.
"Tapi jangan sampai kemudian alokasi anggaran itu porsinya lebih banyak dipakai untuk belanja modal. Dengan angka sebegitu besar, pemerintah harus konsen untuk melakukan percepatan layanan pendidikan," ujar ketua Dewan Pendidikan Jatim Prof Akhmad Muzakki ketika dikonfirmasi di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, peningkatan alokasi anggaran hingga 29,6 persen dibandingkan realisasi anggaran pendidikan pada 2015 yang hanya sekitar Rp390,3 triliun merupakan komitmen Jokowi untuk terus memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) itu mengatakan masalah pendidikan saat ini sangat kompleks karena tak hanya diurusi satu kementerian, tapi lintas kementerian seperti Kemendikbud, Kemenristekdikti, Kemenag dan lainnya.
Pada periode keduanya, kata dia, Presiden Jokowi tidak akan menemukan masalah berarti untuk membenahi pendidikan di Indonesia, sepanjang semuanya masih satu nafas pendidikan untuk pembangunan Indonesia lima tahun ke depan.
"Yang penting semuanya harus berujung pada satu titik. Supaya desain kita ke depan jelas. Presiden saya rasa tidak lagi punya beban," ucapnya.
Satu hal yang perlu dicermati Jokowi, lanjut dia, yakni pengembangan nilai kebangsaan dan toleransi tinggi yang menjadi bagian Indonesia saat ini dan ke depan.
"Saat ini antara Kemendikbud, Kemenag dan Kemenristekdikti belum satu frekuensi terkait hal itu. Ini harus diselesaikan Jokowi. Semua kementerian harus mengacu pada desain yang satu, soal mutu, pendidikan kebangsaan dan toleransi," katanya.
Sementara itu, mantan anggota Dewan Pendidikan Jatim Prof Zainuddin Maliki menyatakan perlu perubahan paradigma pendidikan baru agar anggaran tersebut bisa mendatangkan manfaat.
"Anggaran tersebut harus bisa melahirkan pemimpin yang bisa mengkonsolidasikan seluruh elemen masyarakat memanfaatkan negeri yang kaya potensi ini," tuturnya.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya mengatakan paradigma kecerdasan intelektual harus diganti dengan paradigma kejujuran dalam pendidikan sehingga bangsa ini bisa mendapatkan pemimpin jujur.
Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019