Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama Bank Mandiri, Agus Martowardoyo, menegaskan bahwa perseroannya tidak akan mengubah asumsi ekspansi kreditnya, walaupun Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuannya (BI rate) 25 basis poin menjadi 8,25 persen. "Target ekspansi kredit masih tetap sesuai dengan yang direncanakan, yakni tumbuh 22 persen pada 2008," katanya di sela acara pameran dan konferensi perbankan se-Asia Pasifik, Apconex, di Jakarta, Rabu. Untuk bunga kredit, ia mengatakan, juga belum melakukan penyesuaian karena masih mengamati likuiditas perusahaan debiturnya. Bank Mandiri menetapkan bunga kredit komesial masih berkisar 13,5 persen. Ia mengemukakan, memahami bank sentral harus menaikkan BI rate karena kondisi perekonomian nasional yang masih dalam tekanan inflasi yang tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat inflasi tahunan hingga April mencapai 8,96 persen. Menanggapi bakal dinaikkannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri, Agus mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi. "Kalau pun kenaikan BBM hingga 30 persen, Bank Mandiri masih bisa mempertahankan asumsi target perseroannya yang ada sat ini," katanya. Menurut dia, kenaikan BBM sesuatu yang tak bisa dihindarkan dan positif bagi pemerintah untuk menjaga kondisi APBN 2008 yang sudah tidak mampu melakukan subsidi BBM, di mana harga minyak bumi dunia terus melambung menyentuh 120 dolar AS per barel. Ia mengakui, kondisi perekonomian saat ini sulit dan berbeda dengan 2005 saat pemerintah juga menaikkan harga BBM. Pada saat itu perekonomian Amerika Serikat (AS) masih "booming" dan tingkat bunga di atas the Fed sekitar lima persen, sedang saat ini perekonomian AS terimbas resesi dengan suku bunga the Fed sekitar 2 persen. "Hanya saja untungnya di tahun 2008 ini komoditi yang dimiliki Indonesia sedang mengalami peningkatan harga seperti CPO, batubara dan sejumlah komoditi lain. Jadi perekonomian di luar Jawa menjadi lebih maksimal dari yang di Jawa. Kondisi ini juga yang menyebabkan tingkat penyaluran kredit ada kompensasinya," katanya. Menurut dia, bila terjadi pertumbuhan kredit yang menurun di sektor industri transportasi dan manufaktur akan bisa dikompensasi dengan industri agrobisnis atau perdagangan komoditi yang meningkat. Ia juga mengatakan, kondisi kenaikan BI rate dan rencana kenaikan harga BBM akan bisa diantisipasi perbankan nasional secara baik bila mereka memang sudah menerapkan sistem tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) . "Saya rasa tidak akan berdampak terlalu besar. Bila harus ada perubahan bunga di kisaran dua persen, perbankan tidak akan mengalami perubahan besar," ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008