Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia diperdagangkan mendekati rekor tinggi hanya sedikit di bawah 122 dolar AS per barel, Rabu, menuusul munculnya kekhawatiran pasokan di negara produsen utama Nigeria dan juga melemahnya mata uang dolar AS, kata dealer. Kontrak berjangka minyak mentah utama New York jenis light sweet untuk penagiriman Juni sembilan sen lebih rendah pada 121,75 dolar di perdagangan Asia. Kontrak ditutup Selasa di New York Mercantile Exchange (Nymex) pada posisi tinggi yakni 121,84 dolar setelah melonjak menjadi 122,73 dolar per barel. Minyak mentah Laut Utara London Brent untuk pengiriman Juni mencapai puncak baru 120,99 dolar per barel pada Selasa. Namun kemudian turun lagi menjadi 120,31 dolar. Harga minyak naik hampir dua kali lipat pada setahun terakhir dan telah naik lebih dari 20 dolar AS sejak awal 2008. Sementara pada Senin lalu, harga berjangka minyak naik di atas 120 dolar AS per barel di New York, untuk pertama kalinya setelah sebuah laporan menyebutkan terjadi penyerangan terhadap stasiun pompa minyak di Nigeria akhir pekan. Kontrak berjangka minyak mentah jenis light sweet pada Senin lalu melesat ke rekor 120,25 dolar AS per barel di bursa Nymex di tengah kekhawatiran pasokan di Nigeria setelah serangan para pemberontak, menurut Bloomberg, seperti dilaporkan AFP. Juru bicara Gedung Putih, Scott Stanzel, mengatakan Presiden George W Bush akan mengangkat isu ini ketika ia melakukan kunjungan ke negara produsen minyak Arab Saudi, pekan depan. Gedung Putih juga menyatakan kembali seruannya bagi peningkatan eksplorasi minyak domestik di kawasan-kawasan seperti Alaska, yang sejauh ini telah menjadi sumber kontroversi dengan oposisi, Partai Demokrat dan kelompok-kelompok lingkungan hidup. Stanzel mengatakan rekor harga minyak adalah "contoh lain" dari perlunya bagi AS mengurangi ketergantungan terhadap minyak asing. "Kami punya, di sini, di negeri ini, sumber daya alam yang belum dimanfaatkan," katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008