Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Selasa, mengumumkan bahwa penyaluran kredit perbankan meningkat pada Maret 2008, dan rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ration/LDR) mencapai 73,3 persen, merupakan LDR tertinggi pasca-krisis ekonomi 1998.
Peningkatan penyaluran kredit tersebut (LDR) terutama didukung oleh pertumbuhan kredit pada Maret 2008 sebesar Rp34,2 triliun menjadi Rp1.081 triliun. Pertumbuhan itu meningkat 28,8 persen secara tahunan dari sebelumnya sebesar 26,6 persen.
Penyaluran kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan Februari 2008, yang sebesar Rp 1.045,9 triliun, dimana pada Februari itu penyaluran kredit sebesar Rp 1.045,9 triliun naik Rp 14,8 triliun atau 1,4 persen dibandingkan Januari.
Selain itu, tingginya LDR juga didukung oleh turunnya dana masyarakat yang dikumpulkan perbankan. Pada Februari 2008 DPK sebesar Rp1.474,5 triliun, sedangkan pada Maret menjadi Rp.1.466,2 triliun atau turun Rp8,3 triliun.
Sedangkan rasio kredit bermasalah bruto (NPL gross), BI mencatat turun menjadi 4,33 persen dari 4,78 persen. Sedangkan NPL neto turun menjadi 1,78 persen dari 2,1 persen.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang saat ini menjabat sebagai penjabat sementara Gubernur Bank Indonesia, Miranda S Goeltom seusai rapat dewan gubernur (RDG) BI di Jakarta, Selasa mengatakan, perbankan memiliki kinerja yang baik.
"Perbankan cukup tahan terhadap gejolak ekonomi yang terjadi saat ini," katanya
Wakil Direktur Utama Bank Internasional Indonesia (BII), Sukatmo Padmosukarso mengatakan, tingginya angka penyaluran kredit menurut dia memperlihatkan masih kuatnya pertumbuhan ekonomi. "Secara nominal pertumbuhan ekonomi masih cukup tinggi terlihat masih kuatnya penyaluran kredit," katanya.
Sementara itu, terkait kredit bermasalah, saat ini perlu dikaji. "Meski turun namun kita perlu kaji, sebab ada `leg` (perbedaan) waktu antara penyaluran kredit dan NPL (kredit bermasalah). kredit dinyatakan NPL biasanya setelah tiga bulan tak membayar angsuran," katanya.
Selain itu, menurut dia, strategi perbankan dengan menaikan pencadangan resiko kredit (provisi) juga menjadi penyebab turunnya NPL. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008