Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta pada sesi Selasa sore masih berada di angka Rp9.220/9.230 per dolar AS seperti hari sebelumnya, akibat ketatnya perdagangan kedua mata uang itu. "Ketatnya perdagangan kedua mata uang itu, karena pelaku pasar hati-hati dalam melakukan aksinya, mereka menunggu pemerintah yang berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Selasa. Selain itu, lanjut dia, pelaku masih segan turun ke pasar, karena pasar uang di Jepang tutup selama dua hari menyambut hari libur nasional, meski dolar AS di pasar regional melemah terhadap euro setelah mengalami kenaikan dalam beberapa hari lalu. Meski demikian peluang rupiah untuk menguat pada hari berikutnya cukup besar, karena pelaku berminat membeli rupiah setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 8,25 persen, katanya. Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan pada siang hari menaikkan suku bunga acuan menjadi 8,25 persen dari sebelumnya 8,00 persen atau naik 25 basis poin. Sementara itu, Dirut Finance Corpindo Edwin Sinaga mengatakan, posisi rupiah pada saat ini cukup bagus masih berada di level Rp9.200 per dolar, meski harga minyak mentah dunia menguat hingga di atas 120 dolar AS per barel. Kenaikan harga minyak mentah dunia sampai pada angka tersebut dipengaruhi merosotnya dolar AS di pasar regional. Rupiah, menurut dia, dalam kondisi ini masih dapat bertahan di level tersebut, karena masuknya investor asing yang berminat menginvestasikan dananya di pasar domestik. Faktor utama yang mendorong mereka ingin menginvestasikan dananya, karena selisih bunga rupiah terhadap dolar AS yang makin tinggi. "Kami memperkirakan peluang rupiah untuk menguat semakin besar," ucapnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008