Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah diminta menegakkan panca kedaulatan yakni kedaulatan pangan, energi, keuangan, pertahanan dan teknologi agar bangsa Indonesia bermartabat, kata Ketua Umum DPN organisasi Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), sayap PDI Perjuangan, Budiman Sujatmiko."Pemerintah dan seluruh komponen bangsa Indonesia harus mampu menegakkan panca kedaulatan agar menjadi bangsa yang bermartabat di dunia dan mampu mengatasi berbagai krisis," katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa.Dalam diskusi yang dihadiri Ketua DPN Repdem Wignyo Praseto, Ketua DPN bidang Tani Siti Fikriyah, Ketua DPN bidang hubungan media Wanto Sugito, Sekjen DPN Repdem Aji Kusumah itu, Budiman menekankan bahwa negara harus andil berkiprah dalam menegakkan kedaulatan teknologi.Menurut dia, negara harus memberikan kebebasan untuk menentukan, mengembangkan dan menerapkan teknologi guna mencapai tujuan-tujuan mulia dan kesejahteraan umat manusia."Negara wajib mengalokasikan sumber daya dengan pengembangan pendidikan dan riset teknologi," ujaranya.Namun Budiman menyarankan agar negara menentang berbagai upaya yang ingin mendikte dan memaksakan kepada bangsa ini berkaitan dengan teknologi apa yang dapat dan tidak dapat dimanfaatkan.Sementara itu, Ketua DPN Repdem Wignyo Prasetyo mencontohkan kasus lemahnya kedaulatan pangan, seperti di daerah Batang, Jawa Tengah. "Batang adalah salah satu daerah pertanian dan perkebunan, namun buruh taninya sendiri daya belinya rendah," katanya.Sementara Ketua DPN bidang tani Siti Fikriyah menambahkan, sebagian besar petani Indonesia belum mampu berproduksi secara maksimal karena tak memiliki lahan."Bayangkan, saat ini terdapat 7.491 kasus sengketa tanah pertanian. Bagaimana nasib para petani sejahtera sehingga bisa menegakkan kedaulatan pangan," tegasnya.Begitupun dengan kedaulatan keuangan, katanya, krisis ekonomi itu antara lain juga akibat dominasi dan pemodal asing yang terlalu kuat sehingga pengelolaan negara terhadap sumber daya alam sendiri menjadi belum kuat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008